Mohon tunggu...
Muhammad Rizqi Gumilar
Muhammad Rizqi Gumilar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senyum trus....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suhanda: Semua Akan Indah Pada Waktunya

29 September 2012   06:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:30 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Senja ini hatiku mengharu biru.. Aku teringat salah seorang sahabatku, Ustadz Suhanda. Aku memanggilnya ustadz. Karena sekarang ia telah menjadi da'i super. Iya, super. Bukan hanya jago dakwah tapi sekaligus jago masak masakan Arab.

Aku terharu akan perjuangannya dulu. Perjuangan yang terkadang membuatku meneteskan air mata persaudaraan karena Alloh.

Aku akan menceritakannya pada kalian, tapi tunggu sebentar.

Maaf, menunggu lama. Suhanda meneleponku tadi. Entahlah.. Mungkin sebuah bisikan ghaib membisikinya jika aku sedang menulis tentang dirinya. Nanti akan aku ceritakan gaya fighter Ustadz Suhanda ini. Untuk bocoran, ia mengabariku jika istrinya telah melahirkan bayi lelaki. Alhamdulillah.

---***---

Saat pertama kali melihatnya, aku banyak mengulum senyum. Tentu saja aku sangat mengenal profil seorang "bujang" yang berasal dari pelosok Banten. Keluguan dan kesederhanaannya yang khas. Apalagi bila ditambah logat Sunda Banten yang terkesan kasar tanpa intonasi mendayu ala Priangan.

Sosoknya yang tinggi besar dan berkulit manis, tolong jangan salah sangka. Penggunaan kata "manis" hanya untuk memperhalus bahasa saja. Bukan berarti aku pernah menjilat kulitnya. Tentu saja tidak. Baiklah, bahasa vulgarnya adalah berkulit gelap alias hitam plus hauk.

Bukan profil fisiknya yang membuatku sangat dekat dengannya. Bukan pula karena kesamaan daerah. Tapi, karena -seperti yang aku katakan di atas- keluguan dan kesederhanaannya.

Saat itu ia lebih sering termenung saking bingungnya mata kuliah kelas kami. Ia memang sudah terlalu lama jauh dari buku, apalagi belajar. Tapi, kami tidak pernah membahas kekurangannya itu. Tidak pernah pula menjadikannya sebagai guyonan.

Kami sadar, kami adalah thullab (murid-murid). Sangat wajar bila kami belum tahu dan masih bodoh. Singkat cerita, tibalah hari ujian akhir. Dan ternyata Suhanda masuk kategori "rosib fil imtihan" (gagal dalam ujian). Hingga ia harus mengulang ujian.

Akhirnya, tibalah para intelektual muda itu untuk mengamalkan ilmu yang telah mereka pelajari selama dua tahun lebih. Kecuali aku dan Suhanda. Hmhm..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun