Mohon tunggu...
Muhammad Rizqi Gumilar
Muhammad Rizqi Gumilar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senyum trus....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suhanda: Semua Akan Indah Pada Waktunya

29 September 2012   06:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:30 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mudir (bos ma'had) menganggap Suhanda belum layak untuk ditugaskan ke berbagai daerah seperti yang lain. Lalu, aku sendiri? Hmhm.. Jauh sebelum imtihan (ujian), aku sudah pergi lebih dahulu menuju negeri antah berantah nan tak bertuan. Dan bekerja di sebuah hotel. Ini tentang Suhanda ya, bukan tentang aku. Tentangku tentu lebih seru dan mewarna-warni. Jangan banyak bertanya dulu. Sabar. Belum waktunya.

Suhanda pun hanya berdiam diri di ma'had. Hingga suatu hari mudir memanggilnya dan menawarinya pekerjaan sebagai security alias satpam untuk sebuah ma'had di Cianjur.

Suhanda tak punya pilihan lain selain berdiam diri di ma'had. Akhirnya, ia pun menerima tawaran ustadz. Dengan profesi baru sebagai satpam. Satu hal yang tidak pernah Suhanda lupakan adalah mengirimiku sms dan meneleponku. Tentu saja untuk bercerita banyak hal.

Satu hal lagi yang aku kagumi dari sosok Suhanda muda adalah niat ia masuk ma'had adalah untuk belajar dan berdakwah. Walaupun ia juga menyadari betapa susahnya pelajaran-pelajaran itu masuk ke dalam kepalanya.

Tanpa dinyana, Suhanda mendapatkan informasi beasiswa untuk kuliah di Makassar. Suhanda pun dihadapkan dengan dua pilihan, tetap menjadi security atau menjadi mahasiswa (belajar) lagi.

Ia berpikir, niat ia sedari awal adalah untuk belajar agama dan berdakwah, bukan menjadi security. Satpam tidaklah profesi hina tapi ia menyadari betapa awamnya ia tentang dinnul islam. Dengan pertimbangan ini, ia pun meminta surat rekomendasi mudir ma'had tempat ia bekerja untuk pergi menuju harapan baru di Makassar.

Bulan pun berlalu, tahun pun berganti. Hingga suatu senja, sebuah sms tausyiah dan diikuti sebuah panggilan telpon menyapa handphone jadulku. Suhanda menelponku. Eh salah, bukan Suhanda, tapi Ustadz Suhanda.

Ada yang berbeda dari suaranya, ada yang berubah dari bobot bicaranya, ada sejuta makna dari kata-kata yang diucapkannya dari sebrang sana, Makassar.

Aku tergugu pilu. Saat aku sibuk dengan duniaku. Sahabatku Suhanda sibuk dengan kajian ilmu dan dakwah. Ia bukan lagi sosok si rosib fil imtihan, tapi sosok da'i muda. Nasehatnya selalu disertai dengan dalil-dalil Al-Quran dan As-Sunnah. Tentu saja tak pernah lepas dengan logat dan intonasi kasar ala Bantennya.

Hingga ia pun lulus dari ma'had Makassar dan ditempatkan kembali di ma'had Cianjur lalu menetap selama dua tahun di ma'had Sukabumi. Dan selama itulah ia tak pernah lupa menasehatiku dengan pesan-pesan dakwah.

Tak lupa ia mengingatkanku akan tugas manusia di muka bumi ini untuk apa. Tidak mudah bagi kita mendapatkan sahabat yang bermanfaat, karenanya jagalah erat-erat tali silaturrahim dengan sahabat yang seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun