Minat baca di perpustakaan saat ini sudah berkurang, masyarakat pengguna perpustakaan (pemustaka) merasa tidak ada ketertarikan. Ketertarikan yang dimaksud bisa diartikan sebagai ketertarikan terhadap tempat, lingkungan, koleksi, pelayanan, dsb.
Rasa ketertarikan akan meningkat menjadi senang apabila kebutuhan dapat terpenuhi, sehingga dengan terpenuhinya kebutuhan dan menimbulkan rasa senang serta kepuasan, maka pemustaka akan datang kembali. Pada sisi lain ada kalanya pemustaka tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan sesuai dengan keinginan sehingga menjadi kecewa, jengkel, tidak puas. Sayangnya bahwa ketidakpuasan, kekecewaan yang timbul terkadang tidak disampaikan kepada petugas artinya bahwa tidak ada keluhan yang sampai pada pengelola perpustakaan.
Promosi menjadi solusi untuk menarik kembali pemustaka, dalam hal itu banyak strategi yang dapat dipilih pihak perpustakaan dan menggunakannya. Strategi promosi yang biasa dilakukan.
1.Membangun komunikasi dengan pemustaka, merupakan pemanfaatan ilmu. Komunikasi dalam segala kegiatan promosi, oleh karena itu diperlukan kemampuan dalam berkomunikasi dengan pemustaka, lingkungan, fasilitas dan bahan pustaka yang ada. Beberapa sikap dalam berkomunikasi dapat ditunjukkan dengan kemampuan memiliki wawasan yang luas, tingginya integritas dan kemampuan dalam berkomunikasi.
2.Membangun kerjasama dengan pihak ketiga. Pada dasarnya tidak satupun perpustakaan yang mampu memberikan layanan berupa pemenuhan semua kebutuhan pemustaka, oleh karena itu perlu dibangun kerjasama terutama dalam layanan promosi. Kerjasama dapat dilakukan dalam kegiatan sehari -- hari atau secara insidentil. Kerjasama dapat dilakukan dengan instansi terkait (pendidikan, perpustakaan nasional/provinsi/kabupaten/kota, pemerintah, penerbit, toko buku) atau dengan lembaga/orang yang berkompeten dengan perpustakaan (LSM, tokoh masyarakat).
3.Membuat program promosi yang meliputi: penetapan sasaran/prioritas, menentukan prosedur/tindakan serta menyusun rencana kerja. Adapun dalam pembuatan program promosi ini perlu menetapkan pendekatan yang dipakai yaitu melalui iklan, melalui kontak pribadi atau melalui penciptaan suasana yang menyenangkan, melalui publikasi atau pemberian reward (Widayat, 2015, hlm.5).
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia juga tidak jauh berbeda, pihak perpustakaan memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai media promosi. Media teknologi yang digunakan adalah mesin pengembalian otomatis, hanya dengan memasukkan buku yang telah dipinjam ke dalam kotak yang langsung diproses pada lantai pertama di gedung tersebut. Ada juga penggunaan Online Public Access Catalog (OPAC) yang digunakan untuk mencari buku, dan sekarang sudah tersedia iPusnas untuk mencari e-book maupun sumber lainnya berbasis web.
Penggunaan media teknologi menjadi nilai tambah bagi perpustakaan untuk menarik perhatian pemustaka, sehingga lebih sering berkunjung di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Hal itu membenarkan bahwa penggunaan teknologi dapat meningkatkan efektivitas promosi, selain itu ada juga promosi menggunakan media sosial seperti Instagram, Twitter, google, dll. Saya sebagai mahasiswa sangat senang, bahwa bangsa Indonesia semakin lama semakin maju dan berkembang. Diharapkan untuk masa yang akan datang kedepannya, minat baca rakyat menjadi meningkat dimata dunia ataupun internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H