anak muda di Indonesia memiliki porsi yang besar karena mendapat bonus demografi, didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z. Artinya dari sekitar 270 juta penduduk di Indonesia, seperuhnya adalah anak muda. Hal ini seharusnya menjadi perhatian serius ketika sebentar lagi akan ada pemilu di tahun 2024. Namun sayang, kurangnya informasi seringkali membuat mereka merasa kurang yakin atau kebingungan bahkan cenderung bersifat apolitis. Alasan ketidakpuasan terhadap politik praktis atau konvensional yang masih menggunakan cara-cara lama, tidak memadai dan memahami aspirasi dan kepentiangan kaum muda, membuat mereka skeptis terhadap sistem politik yang ada.
       Populasi      Anak muda merupakan produk modern kehidupan sosial sehingga anak muda cenderung lebih aktif dalam menggunakan sosial media dan platform digital lainnya, ketika dapat memanfaatkan platform tersebut untuk kampanya politik, bagi partai politik maupun calon pemimpin atau bagi pemerintah, secara umum sangatlah penting, karena ini dapat meningkatkan kesadaran politik dan keterlibatan mereka. Namun, sayang sekali jarang kita melihat kampanye di dunia digital atau sosial media, terlebih memberikan edukasi dan informasi yang relevan dan objektif dengan cara yang kreatif dan interaktif. Alih-alih memberikan informasi atau edukasi, media sosial cenderung digunakan untuk membangun citra diri sendiri yang jauh dari kegiatan literasi politik yang objektif.
      Literasi politik ini sangatlah penting, karena ini merupakan salah satu faktor yang berperan dalam fenomena golput. Golput merupakan singkatan dari "golongan putih" atau memilih untuk tidak mengambil hak suara mereka dalam pemilu. Literasi politik adalah pemahaman dan pengetahuan yang cukup mengenai sistem politik, partai politik, para calon pemimpin, dan proses pemelihan umum. Dampak negatif dari kurangnya literasi politik, tanpa pemahaman yang memadai tentang isu-isu politik dan pemilihan umum, membuat mereka merasa bahwa suara mereka tidak berarti apa-apa atau tidak akan membuat perubahan yang signifikan. Sehingga dengan tidak adanya pengetahuan itu membuat mereka tidak termotivasi untuk ikut serta dalam pemilu.
      Beberapa masyarakat menganggap bahwa politik merupakan pertunjukan sandiwara, serat dengan janji-janji manis yang ujung-ujungnya hanyalah kekecewaan, atau merasa asing dari sistem politik karena sistem yang rumit dan penuh intrik, sehingga seharusnya adanya golput menjadi alasan atau pertanda kepada para pemimpin dan sistem politik untuk lebih memberikan porsi yang besar dalam mengatasi masalah tersebut. Jangan jadikan kaum muda hanya sebagai ladang untuk menggaet suara saja, tetapi jadikan kaum muda ikut berpartisipasi aktif dalam politik, baik secara langsung, seperti memberikan ruang dan hak dalam partai politik maupun secara tidak langsung melalui sosial media maupun media digital lainnya.
      Pemilu tahun 2024 ini adalah momentum dan harapan baru untuk melangkah lebih maju untuk dapat memanfaatkan hak suara dalam memperkuat demokrasi dan menjadi tonggak perubahan yang di inginkan oleh kaum muda. Beberapa partai politik telah menyadari hal tersebut, sehingga menyiapkan strategi baru untuk pemilu 2024 mendatang. Pada intinya adalah bukan siapa yang menang dan siapa yang kalah dalam kontestasi politik nanti, tetapi momentum ini haruslah menjadi mementum untuk membenahi dan mengobati demokrasi di Indonesia agar sesuai dengan cita-cita bangsa seperti yang tertuang dalam pancasila dan UUD 1945.
        Dan juga, seharusnya kita sebagai kaum muda menyadari bahwa ketidakhadiran suara kita dapat membuka peluang bagi kekuatan-kekuatan yang tidak demokratis atau agenda-agenda tersembunyi yang dapat berakibat buruk kedepannya. Dengan memilih dan berpartisipasi secara aktif, kita telah mengambil sikap untuk mempengaruhi arah perubahan yang kita inginkan. Jangan biarkan suara kita hanya hilang terhembus angin, tetapi biarkan suara itu menjadi riak-riak yang berisik dalam mempengaruhi perubahan di masa yang akan datang yang lebih cerah.
      Pemilu bukan hanya tentang memilih calon, tetapi juga memilih masa depan yang ingin kita bangun. Saat kita berpartisipasi aktif dan memperkaya literasi politik, artinya kita tidak hanya mempengaruhi kebijakan dan perwakilan politik, tetapi juga menjembatani kesenjangan yang terus membelah masyarakat. Pemilu tahun 2024 adalah panggilan bagi kita, kaum muda untuk bersatu, memperjuangkan keadilan dan merangkul perbedaan dengan harapan menciptakan masyarakat yang inklusif dan harmonis. Mari kita bersama-sama mengubah keheningan demokrasi ini menjadi orkestra demokrasi yang membanggakan. Untuk demokrasi Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H