Hei gaes, kembali mencoba getol untuk menulis nih, hehehe. Kali saya akan membahas tentang pengenalan objek yang mana dari kita mulai bisa menatap indahnya dunia ini sampai mengerti dan menginterpretasikannya. Yah, tapi pertanyaannya bagaimana kita dapat mengenali suatu objek tersebut dengan cepat dan akurat. Ketika kita baru lahir dan menatap kedua orang tua kita maka saat bayi kita akan tersenyum, karena itu bagian dari interpretasi kita selain itu juga sebagai instinc kita jika itu ayah dan ibu kita. Namun, pengenalan pola dan kemampuan mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang pada umumnya kita laksanakan dengan mulus, cepat dan banyak usaha. Pada prinsipnya, mengenali proses pola-pola yang familiar dengan cepat dan keakuratan yang tinggi akan mempermudah kita untuk mengenali wajah kawan-kawan kita, interior rumah. Mengevaluasi dan memahami objek-objek asing, kita dapat menganalisis bentuk dari bentuk yang belum pernah kita liat sebelumnya.
Pada teori perseptual terdapat persepsi konstruktif yang menyatakan bahwa manusia mengonstruksi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memorinya. Sebagaimana contohnya, ketika ada juri masak pada ajang “Master Chef” dan saat mencicii hasil masakan peserta sang Chef akan mengonstruksikan hasil makanan tersebut dari bentuk makanan lalu mulai merasakan melalui sensasinya sambil mengambil memorinya apakan bumbu yang disajikan tersebut sudah pas, kurang atau berlebihan. Karena pada persepsi konstruktif disusun berdasarkan anggapan bahwa selama persepsi, kita membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita indera dan apa yang kita ketahui. Sedangkan teori lainnya, persepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Contohnya, saat kita berada didalam lingkungan yang penuh dengan religious yang baik maka kita akan merasakan ketenangan jiwa yang turut membawa cara berfikir dan persepsi ini juga turut berpengaruh karena sudah dipengaruhi oleh lingkungannya secara langsung. Seorang pengamat hanya melakukan sedikit upaya dalam proses perspsi karena dunia telah menyediakan sedemikian besar informasi sehingga pengamat tidak perlu berupaya menyusun persepsi atau menasik kesimpulan.
Sebuah keanehan dalam kerakteristik penglihatan manusia adalah tendensi untuk melihat objek-objek yang tidak eksis didunia nyata. Ilusi-ilusi tersebut bersumber bukan hanya dari sensasi yang diindera dari dunia fisik, melainkan juga dari predisposisi system visual atau kognitif yang mendistorsi imajidari dunia nyata. Dengan mempelajari ilusi, psikolog kognitif mampu memahami hubungan antara fenomena fisik eksternal dan cara pikiran mengorganisasi stimuli dalam “representasi eksternal”. Ilusi yang menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek yaitu kontur ilusoris (illusory contour). Persepsi terhadap bentuk namun bentuk itu hanya ada di system konseptual-kognitif, bukan di stimulus. Ilusi tersebut tampak seolah-olah berada didepan bentuk-bentuk lain, bukan di latar belakang dan memiliki bentuk perseptual yang nyata meskipun pengamat menyadari bahwa persepsi tersebut tidaklah sungguh-sungguh nyata.
Pemrosesan secara bottom-up merupakan pengenalan memalui gagasan objek diawali oleh identifikasi terhadap bagian-bagian yang spesifik dari suatu objek secara keseluruhan. Dan pemrosesan top-down, pengajuan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh dugaan mengenai suatu objek, yang diikuti oleh pengenalan terhadap bagian-bagian objek tersebut yang diikuti pengenalan terhadap objek tersebut melalui asumsi yang sebelumnya telah dibuat. Dan berlangsungnya kedua pemrosesan (bottom-up dan top-down) ini berlangsung secara bersamaan. Pada persepsi bottom-up, seseorang akan hanya mempercayai stimus yang bersifat nyata yang dapat diindera oleh alat indera manusia, sebagaimana orang modern pada saat ini yang tidak lagi mempercayai adanya mitos-mitos nenek moyang berupa hantu serta benda gaib lainnya, kiarena mereka berasumsi tidak dapat diindera dengan baik. Sedangkan pada top-down, seperti pada masyarakat tradisional masih mempercayai adanya tuyul, jalangkung dan makhluk astral lainnya karena biasanya terdapat orang-orang yang memiliki kemampuan melihat makhluk astral dan persepsi top-down bersumber dari memori yang telah disimpan dalam ingatan orang tersebut.
Salanjutnya terdapat pencocokan template gaes, yang dimaksud disini adalah bagaimana system otak me-recall kembali sebuah informasi yang dulunya telat diketahui dan dimasukkan didalam memori kita. Saat kita ditanya siapa nama guru favorit saat SMA? Pasti kita akan mengingat nama awalan sang guru favorit kita tersebut. Jika nama awalannya sudah tau, maka kinerja otak akan dengan lebih cepat lagi untuk me-recall ingatan tersebut sehingga pada akhirnya kita ingat kembali siapa nama guru favorit kita saat SMA dulu dengan cepat. Karena pada kasus ini, otak kita hanya mencocokan template atau mengenali pola dan objek tersebut saja. Selain itu terdapat pencocokan prototype, disini dimaksudkan yaitu suatu gambaran tentang apa yang kita ketahui dan sudah disimpan dalam memori namun masih dibandingkan dulu karena masih terdapat abstraksi tersebut yang berperan sebagai suatu prototype. Seseorangyang mengnali mobil Jeep namun dalam benaknya masih belum mepercayai kalau itu mobil Jeep dari segi bentuknya dan warnanya.dalam hal ini bukan hanya merupakan sebuah abstraksi dari suatu stimuli , melainkan juga merupakan representasi terbalik dari pola yang bersangkutan. Yah begitulah pemaparan saya tentang pengenalan objek, semoga bermanfaat dan bisa berguna dalam kehidupan sehari-hari kita juga ya gaes, byeee..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H