Hai gaes, I’m is back. Sekarang saya akan membahas tentang representasi secara verbal dan visual. Oke! Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan dalam berbahasa yang jauh lebih baik dari makhluk lainnya, manusia dapat menyerap kata-kata yang dapat dipahaminya mencapai 20.000 hingga 40.000 kata, sungguh fantastis bukan? Namun, setidaknya bahasa yang dapat diutarakan dengan benar tidak sebanyak kata-kata yang dapat dimengerti. Hal ini dipengaruhi oleh LTM dan STM, dimana saat saya dulu ketika mempelajari bahasa jawa “karma inggil” yang benar tidaklah cepat, saya lebih banyak mengamati dan sedikit demi sedikit memahami apa arti dan maksud dari bahasa itu. Ketika saya mempraktikkan hal tersebut, yang terjadi bahasa yang saya gunakan tersebut tidaklah begitu lancer karena system pengutaraan bahasa saya masih me-recall sejenak arti yang saya pahami dengan bahasa “karma inggil” tersebut. Berbeda ketika kita sudah hidup didaerah yang memiliki bahasa daerah sendiri, kita akan lebih leluasa meluapkan pemikiran kita kedalam bahasa tersebut dengan lancer karena tidak perlu terlalu lama me-recall tentang arti bahasa tersebut yang kita miliki. Dalam model set-teoretik, merupakan kategori yang merepresentasikan pengetahuan yang digabungkan dan membentuk konsep yang berbeda. Sebagaimana contohnya buah-buahan yang kita ketahui seperti nanas, apel, jeruk, nangka, dan strawberry. Namun, itu hanya dalam konsep buah berbeda dengan konsep buah yang ada didaerah tropis seperti pisang, nanas dan papaya. Selain itu, konsep semantik direpresentasikan oleh rangkaian elemen/ kumpulan informasi, sebagaimana contohnya anjing yang merupakan konsepnya dan atributnya adalah menggonggong. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model set-teoretik merupakan representasi dari sebuah oengetahuan yang mana didalamnya terdapat atribut yang menjelaskan dari konsep yang dituju. Selanjutnya adalah representasi secara visual. Manusia memang kaya dalam bidang represntasi pengetahuan secara verbal namun dalam kenyataannya kita lebih sering terkecoh dengan hal yang bersifat visual. Yang mana alat indera kita untuk menyerap pengetahuan dari visual tergolong lemah atau dapat tertipu. Dari hal yang dapat membedakan antara benda A dan B terkadang kita dengan cepat dapat membedakan namun keakuratannya tidaklah baik, berbalik dengan kita yang sukar untuk membedakan perbedaan yang signifikan dalam sebuah benda, kita akan dituntut untuk berkonsentrasi dengan keras untuk dapat menemukan perbedaan yang mencolok. Hal ini dikarenakan, melalui represntasi secara visual dapat dengan mudah untuk dihilangkan pusat dari objek yang ditujunya dengan cepat. Oleh karena itu, tidak sedikit dari kita akan tercengang oleh pesulap yang bermain dengan baik untuk menghilangkan suatu benda, hal ini hanya dipengaruhi oleh pusat pandangan kita yang dialihkan. Oke gaes, semoga bermanfaat ilmunya, byee J
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H