Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang ada di Indonesia. Kehadiran bidan juga merupakan peranan yang penting bagi kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak. Peranan bidan ini perlulah diketahui oleh generasi muda, khususnya bagi kami mahasiswa program studi Kebidanan Universitas Airlangga. Untuk menunjang dan menambah pengetahuan ini, kami melakukan observasi pada salah satu tempat praktek mandiri bidan (TPMB) yaitu TPMB Lulu yang beralamatkan di Sidotopo Wetan gg. II No. 83, Sidotopo Wetan, Kecamatan Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur. Kami juga melaksanakan wawancara kepada Bidan Lulu untuk memperluas wawasan kami terkait praktek mandiri bidan itu sendiri.
      Berdasarkan observasi dan juga wawancara dengan narasumber, tempat praktek mandiri bidan merupakan suatu tempat yang dikelola oleh bidan professional dan mumpuni secara mandiri untuk memberi pelayanan ibu dan bayi di lingkungan tersebut. Pendirian TPMB telah diatur pada profesi Permenkes Tahun 2017 no. 28. TPMB sendiri terbagi menjadi 2 macam yaitu TPMB biasa yang hanya merupakan tempat praktek bidan biasa dan juga TPMB delima. Perbedaan pada kedua TPMB ini adalah pada TPMB delima merupakan program dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI). TPMB Delima ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan bidan. Kemudian, TPMB delima memiliki standar dan kualitas sendiri serta segala hal yang ada di TPMB Delima sudah diatur oleh Kemenkes. Untuk TPMB Lulu ini sudah termasuk ke dalam kategori bidan delima yang tentunya memiliki standar dan kualitas yang baik.
      TPMB Lulu buka setiap hari, namun untuk layanan persalinan buka selama 24 jam dikarenakan situasi dan kondisi kedepannya yang tidak menentu, sehingga untuk layanan persalinan beliau melayani selama 24 jam. TPMB Lulu memiliki beberapa ruangan yang tentunya sudah diatur ketentuannya untuk TPMB berstandar bidan delima. Ruangan yang ada pada TPMB ini yaitu:
- Ruang Tunggu. Pada ruang tunggu ini digunakan untuk pasien menunggu antrian dan melakukan administrasi sebelum diberikan pemeriksaan atau tindakan. Pada ruang tunggu terdapat poster-poster edukasi seperti etika batuk, cara cuci tangan yang baik, dan lain sebagainya.
- Ruang ANC. Setelah melakukan administrasi di ruang tunggu, pasien kemudian masuk di ruang ANC untuk dilakukan pemeriksaan kehamilan, KB, imunisasi, nifas, atau pelayanan lainnya. Selain pemeriksaan fisik, di ruangan ini juga dilakukan edukasi dan konseling kepada pasien.
- Ruang Bersalin. Ruang bersalin ini digunakan untuk pasien atau ibu hamil yang akan melahirkan.Â
- Ruang Nifas. Setelah 2 jam persalinan dan dinyatakan aman maka ibu dan bayi akan dipindahkan ke ruang nifas. Setelah 24 jam berada di ruang nifas dan kondisi ibu membaik maka diperbolehkan untuk pulang.
- Ruang DDTK. Ruang DDTK (deteksi dini tumbuh kembang) digunakan untuk mendeteksi tumbuh kembang bayi apakah perkembangannya sudah sesuai usia atau belum. Apabila didapatkan masalah saat deteksi maka akan dirujuk ke puskesmas induk.
- Ruang Pencegahan Infeksi. Ruang ini digunakan untuk mensterilisasi peralatan yang sudah dipakai sehingga dapat mencegah penularan penyakit.
- Kamar Mandi khusus pasien. Pada kamar mandi khusus pasien ini digunakan untuk ibu hamil dan juga ibu melahirkan. Pada kamar mandi ini fasilitasnya sudah disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Kamar mandi ini menggunakan kloset duduk dengan pegangan di tepi dinding untuk pegangan ibu ketika berada di kamar mandi.
     Selain adanya fasilitas dan ruangan yang tersebut, TPMB yang merupakan tempat praktek membantu dan juga sebagai mitra puskesmas wajib membuat laporan terkait pasien setiap bulannya. Setiap TPMB yang ada diwajibkan untuk mengirim laporannya ke puskesmas induk di wilayah kerja masing-masing. Hal tersebut dimaksudkan agar puskesmas dapat mengetahui kegiatan dari TPMB tersebut. Kemudian, puskesmas dapat memantau TPMB secara berkala agar tidak melanggar peraturan yang berlaku.Â
      Dari penjelasan tersebut, kita ketahui bahwa menjadi seorang tenaga kesehatan, khususnya seorang bidan memiliki tantangan dan tanggung jawab yang besar. Seorang bidan haruslah cakap dalam segala hal. Karena bidan merupakan mitra bagi ibu dan bayinya serta akan berinteraksi dengan masyarakat. Menjadi seorang bidan harus memiliki rasa empati yang tinggi, karena bidan akan bertemu dengan berbagai macam pasien dengan segala permasalahannya. Sehingga sebagai seorang bidan, diperlukan rasa empati yang besar serta ketrampilan yang harus terus diasah. Tanggung jawab yang besar tersebut tentunya perlu kita beri apresiasi dan dukungan penuh, karena perjuangan seorang bidan dalam membantu kelahiran dan menurunkan angka AKI dan AKB. Nantinya, diharapkan semakin banyak lagi sosok bidan inspiratif dalam masyarakat, yang selalu menginspirasi dan juga menjadi teladan bagi para mahasiswi kebidanan dan juga masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H