Mohon tunggu...
Rizqi Ardya A
Rizqi Ardya A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa baru program studi Kebidanan Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

FOMO: Positif atau Negatif?

27 Desember 2024   22:15 Diperbarui: 27 Desember 2024   22:14 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         Masa remaja adalah masa dimana seseorang akan berusaha untuk menemukan jati diri, bagaimana tujuannya, dan mengapa ia melakukan hal tersebut. Tak jarang remaja “ikut-ikutan” dengan teman sebayanya. Entah itu dalam hal gaya hidup atau bahkan pendidikannya. Tak jarang banyak sekali anak muda atau remaja yang selalu hangout atau sekedar mengobrol dengan temannya di kafe kekinian. Tak jarang juga berbelanja barang keluaran terbaru, atau mengunjungi tempat hits di kota besar. Pada masa sekarang, hal tersebut dikenal dengan istilah “FOMO”.

            Sebelum kita membahas lebih lanjut, kita perlu tahu apa makna dari istilah “FOMO”. FOMO merupakan singkatan dari fear of missing out. Pada kasus ini, FOMO merupakan suatu ketakutan apabila individu tersebut tidak dapat mengikuti standar dari lingkungannya maupun sosial media, sehingga ia akan tertinggal. Dari sini dapat kita ketahui bahwa individu yang cenderung memiliki sifat tersebut, akan selalu mengikuti tren apapun baik dari lingkungan maupun sosial medianya.

            Namun, sebenarnya FOMO atau fear of missing out ini memiliki dampak yang positif dan juga dampak negatif. Bagaimana bisa dikatakan demikian, padahal dari penjelasan yang ada FOMO ini akan mendorong individu, khususnya anak muda untuk selalu mengikuti tren yang ada. FOMO dapat berdampak positif bagi generasi muda, apabila lingkungannya maupun sosial medianya mendukungnya untuk menuju hal-hal yang bermanfaat. Dengan contoh, apabila individu tersebut berada di lingkungan yang suportif dan ambisius dengan sebuah prestasi, maka ia juga akan terdorong untuk bisa seperti teman-teman yang ada di lingkungannya.

            Berbeda dengan seorang individu atau remaja yang berada di suatu lingkungan yang mengutamakan gaya hidup atau life-style berlebihan. Contohnya dengan sering berkunjung ke kafe untuk sekedar mengobrol dan juga makan, kemudian hangout ke pusat perbelanjaan setiap selesai pembelajaran kuliah, ataupun berlibur di setiap minggunya. Hal tersebut terkadang dilakukan dengan dalih untuk self reward karena mereka telah menjalankan perkuliahan. Sebenarnya hal tersebut bukanlah hal yang terlalu buruk, namun apabila kita tidak dapat menyeimbangkan dengan kehidupan kita pribadi, maka tujuan atau rencana yang kita susun tidak akan terjalan.

            Sebaiknya, sebagai seorang remaja Gen Z saat ini haruslah memilih dan memilah hal yang baik dan tidak baik untuk kita. Apabila kita berada di ruang lingkup yang kita rasa kurang sesuai maka kita bisa membatasi diri tanpa harus menutup diri. Kita juga harus bisa menyeimbangkan antara belajar dan juga untuk gaya hidup atau self reward. Karena nantinya, ketika kita sudah terbawa arus dengan hal-hal disekitar, dan menjadi seseorang yang FOMO dengan hal yang kurang baik, maka kita akan selalu hidup menggunakan standar lingkungan kita maupun sosial media.

            Membatasi diri juga bukanlah hal yang buruk. Karena dengan hal tersebut, kita dapat memahami diri kita sendiri. Kita akan menjadi seseorang yang hidup dengan kepercayaan diri tanpa harus memikirkan standarisasi dari sosial media. Menjadi seseorang yang selalu yakin dan paham akan batasan diri tidak akan menjadikan kita orang yang “ketinggalan zaman” namun kita juga bisa mengikuti perkembangan zaman dengan cara kita sendiri. 

            Generasi muda tidak harus selalu mengikuti tren yang ada. Generasi muda tidak harus FOMO dengan kejadian dan juga standar sosial media. Jadilah generasi muda yang selalu berprestasi tanpa harus mengedepankan gengsi. Seorang generasi muda yang dapat menginspirasi. Jadikanlah FOMO sebagai suatu motivasi untuk terus berkarya dan juga menjadi inspirasi bagi diri sendiri, lingkungan sekitar, dan juga masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun