Mohon tunggu...
Muhammad Rizqi Ajieputra
Muhammad Rizqi Ajieputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNTIRTA, Jurusan Ilmu Komunikasi

Saya suka bermain games

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Meningkatkan Toleransi Masyarakat melalui Media Sosial, Apakah Bisa?

5 Juni 2024   21:03 Diperbarui: 5 Juni 2024   21:13 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: 1001indonesia.net

Indonesia dikenal sebagai negara dengan masyarakat yang beragam, mulai dari suku, budaya, agama, ras dan lainnya. Masyarakat harus memahami konsep multikulturalisme untuk dapat hidup berdampingan secara damai dan tentram meskipun memiliki latar belakang yang berbeda beda.

Sejatinya, sikap toleransi itu sangat penting untuk menjaga keberlangsungan kehidupan masyarakat yang beragam dan mencegah timbulnya konflik, namun meski begitu perkataan tidak semudah dengan kenyataan.

Untuk mencapai kehidupan yang damai tersebut, kelompok masyarakat harus bekerja sama dengan kelompok masyarakat lainnya, baik itu dengan membuat norma yang disetujui oleh semua pihak, hingga penyelesaian masalah dengan cara bermusyawarah.

Tantangan dalam mewujudkan toleransi ada pada kelompok orang yang radikal dan bersikap etnosentrisme, mereka ini adalah orang orang yang merasa bahwa kepercayaan dan rasnya lebih superior daripada kelompok lain. Hal ini tentunya dapat menimbulkan konflik antar kelompok masyarakat dan menghambat proses tercapainya kehidupan masyarakat yang toleran.

Saat ini, permasalahan seperti ini sudah banyak terjadi di media sosial, seperti kasus penistaan agama, diskriminasi, ujaran kebencian bahkan ancaman yang dilayangkan oleh oknum kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya.

Media sosial menjadi tempat yang sering dipilih untuk dijadikan sasaran ujaran kebencian oleh para oknum dari kelompok masyarakat karena di media sosial mereka dapat menyembunyikan identitas asli mereka dan menggunakan akun akun palsu untuk berbuat onar, lalu apakah dengan begitu media sosial bisa dianggap buruk?

Belum tentu, karena disisi lain media sosial ternyata juga digunakan untuk menyebarkan konten yang berisi pesan mengajak masyarakat untuk menghargai perbedaan dan tidak memaksakan keyakinannya terhadao masyarakat lain, pesan ini bisa disampaikan dalam bentuk konten edukatif seperti ceramah, podcast, dan berbagi ilmu, selain itu konten juga dapat berbentuk entertainment seperti konten komedi dan gimik.

Sebagai contohnya adalah konten yang dibuat oleh Habib Ja'far dan Pendeta Yerry, mereka berdua adalah seorang tokoh masyarakat yang tentunya memiliki banyak penggemar yang mencontoh sikapnya. Tentunya Dengan melakukan kolaborasi antara kedua tokoh masyarakat tersebut maka akan memberikan persepsi bagi masyarakat bahwa mereka bisa hidup damai berdampingan meskipun berbeda keyakinan. Hal inilah yang nantinya akan mendorong sikap toleransi masyarakat terhadap kelompok lain yang berbeda.

Berdasarkan contoh tersebut maka saya bisa katakana bahwa media sosial bisa digunakan untuk meningkatkan toleransi dalam kehidupan masyarakat tentunya jika dipergunakan dengan baik. Maka dari itu penting bagi kita untuk tidak mudah terprovokasi dari konten negatif yang ada di media sosial, justru yang seharusnya kita lakukan adalah melawannya dengan membuat lebih banyak konten yang positif sehingga akan menutupinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun