Mohon tunggu...
R. Ahla Firdausi
R. Ahla Firdausi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis/Pengarang/Director/Akademisi

An academia

Selanjutnya

Tutup

E-Sport

Berbagi Peran Antara Akademisi dan Esports

22 Agustus 2020   05:00 Diperbarui: 22 Agustus 2020   07:49 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini Dunia Esports di Indonesia semakin berkembang pesat, belum lama ini Tournamen Piala Presiden 2020 baru saja rampung digelar di Indonesia Convention Exhibition Center (ICE) BSD. Turnamen yang mempertandingkan gim Free Fire, Football PES 2020, Ultra Space Battle Brawl, dan Mobile Premier League ini merupakan kolaborasi Indonesia E-sports Premier League (IESPL), Kantor Staf Presiden (KSP), Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Perkembangan tim e-sport di Indonesia tak memandang status sosial, mulai dari artis terkenal Raffi Ahmad, sang vokalis Noah Ariel melihat adanya peluang pada cabang olahraga ini. Tak tertinggal juga seorang akademisi sekaligus penulis muda YoiBro sapaan akrabnya, ia dan teman-temanya membangun tim e-sport yang fokus pada game PUBG Mobile. Berawal dari sebuah kru yang diberi nama KNCOCK END, YoiBro dan teman-temanya bersepakat mengembangkan KNOCK END menjadi sebuah tim e-sport dengan visi mengumpulkan player PUBG Mobile berbakat yang ingin berproses bersama. 

Seiring berjalanya waktu tim  yang ia pimpin terus berkembang, memiliki store online sendiri misalnya juga banyaknya prestasi yang diraih seperti baru-baru ini berhasil meraih juara satu pada ajang Online Tournamen yang diselenggarakan oleh  Double Zero Organizer. Tidak bisa dihindari ia juga harus mampu mengatur skala prioritasnya antara akademisi juga e-sport, "Jujur aja, basic saya bukan di game, saya seneng nulis, sering juga diundang jadi narasumber di berbagai kampus juga komunitas tapi naluri saya gak bisa menolak untuk selalu mengeksplore hal baru", tuturnya. "Bahkan sekarang saya disibukkan dengan tanggung jawab besar menjadi ketua komunitas musik di Bandung dan sekretaris Duta Damai Provinsi Jawa Barat yang dibentuk oleh BNPT RI, tapi enjoy aja lah nikmati prosesnya", lanjutnya. 

0f2f461f-e877-40de-9df9-9d08f5ae3b18-5f406b8ad541df30d10a3732.jpeg
0f2f461f-e877-40de-9df9-9d08f5ae3b18-5f406b8ad541df30d10a3732.jpeg
Program yang dimiliki oleh Knock End sekarang mulai merambah ke event yang melibatkan banyak tim di Indonesia, pada PUBG Mobile khususnya ada Scrim, yaitu sebagai ajang latihan bagi tim-tim yang memiliki prospek seperti tournamen, meningkatkan skill pemain yang sifatnya kompetitif. Lalu ada hal yang unik di Knock End sampai saat ini masih menggunakan pola organinsasi Fungsional, karena keterbatasan SDM yang ada tak menyulutkan tekadnya untuk terus berkembang. "Ya sedikitnya saya ada basic berorganisi jadi saya tuangkan disini sembari mengimplementasikan apa yang udah saya dapat diluar", lanjut YoiBro. 

 Menurutnya, langkah yang dilakukan justru menjadi bukti prestasi di bidang e-sport tak merusak bidang akademis seseorang. Ia pun akan mengembangkan skema-skema lain yang tererabolasi antara pendidikan dengan game. Senada dengan itu, Headmaster Knock End Esport, YoiBro untuk meyakinkan masyarakat awam terkait dampak positif e-sport bukan pekerjaan mudah.

"Untuk mengubah stigma itu, pelaku esports, wartawan dan semua pihak pun pasti mempertanyakan. Dari kami, komitmen menyebarkan paham positive gaming," ujarnya.

Ia menjelaskan, positive gaming merupakan suatu pemahaman terkait e-sport yang mengedepankan banyak aspek, seperti kerja sama tim dan profesionalitas. Ia mengatakan, e-sport dapat mengajarkan kerja sama, pengembangan diri, dan profesionalitas.

Lanjutnya, YoiBro menilai pihaknya tak akan sanggup meyakinan beberapa pihak yang hanya berpikir negatif tentang e-sport. Menurutnya, orangtua menjadi salah satu sektor yang paling strategis untuk mengubah pola pikir tentang olahraga berbasis teknologi itu. "Maka dari itu persyaratan gabung sama kita salah satunya ada batasan umur", katanya. 

 Artinya dunia e-sport sekarang bukan lagi menjadi hal baru, bahkan bisa menjadi ilmu jika kita melihat dari sisi positifnya juga sebagai peluang bisnis, tak  peduli apa status sosialnya jika kita mampu mengelolanya ini akan menjadi roda bisnis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten E-Sport Selengkapnya
Lihat E-Sport Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun