hingar bingar hampa
dalam tempo yang semakin melambat
sepekan tertukar dengan lari paksa rutinitas
satu terakhir dari tujuh
saatnya tanggalkan baju perangku
sandarkan tubuh lelah lemah lelah sandarkan dulu
Akhir Pekan,hari yang dikultuskan oleh para pekerja segala lapisan, Hari dimana bisa membunuh segala penat rutinitas, meninggalkan segala beban kehidupan atau hanya sekedar mencari sandaran atas lelahnya hati dan pikiran.
permintaan dan pemenuhan
terangkai dalam sebuah rantai makanan
sepekan termakan dalam rantai makanan itu
satu paling ujung dari tujuh
saatnya tumpahkan keluh kesahku
bingarkan panggung rendah luas terang tanpa barikade
Dan mereka akan kembali menjadi roda pacu kehidupan, demi menyalakan lampu harapan. Terpaksa kembali menuju awalan, dan menanti akhir dari suatu pekan, selalu saja seperti itu Hingga menunggu mati memenuhi permintaan.
teman dan pencerita
panggung dan pertunjukan
cairan dan pendosa
rayakan dengan
asap di hela napas
jalan dan pencarian jawaban
ingatan dan penyesalan
tangisi akhir pekanmu
Seribu satu cara dilakukan demi membayar sebuah kelelahan, hanya sekedar ingin merayakan sebuah kekalahan, Kesalahan pun dihalalkan demi sebuah perayaan. Atau sekedar mencari teman menuangkan kisah tanpa cerita, memupuk harapan demimerangkai sebuah awalan menuju suatu akhiran.
satu yang terakhir dari tujuh
saatnya tanggalkan baju perangku
saatnya sandarkan tubuh lelahku
saatnya tumpahkan keluh kesahku
saatnya bingarkan panggungku
tangisilah
rayakanlah
Menyenangkan atau menyedihkan, akhir pekan tetap selalu menjadi jawaban atas segala penantian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H