Malang, akhir tahun 2004, Berawal dari keusialan saya yang suka keluar masuk kamar teman kost (tanpa ketok pintu tentunya), saya mendapati sahabat saya sedang berkaca-kaca matanya membaca sebuah buku disudut kamarnya. Dengan tampang kaget, ia reflek mengusap-usap kedua matanya, dan berkata ;
“lu kalo masuk kamar ketok pintu dulu napa??”
“Masih untung gue Cuma nangis,kaga pas lagi ****” (percakapan pria dewasa)
Bukan percakapan itu yang mau saya sampaikan pada tulisan ini, namun pada sebab kenapa temen saya itu bisa menangis membaca buku tersebut?? Memangnya itu buku apa??
Setelah bersusah payah merebut buku tersebut (dengan paksaan tentunya), akhirnya buku tersebut berada ditangan saya. Dari sampulnya bisa dilihat bahwa buku tersebut terlihat sangat membosankan dan desain sampul yang tidak membuat anak muda menarik membacanya. Namun karena penasaran, saya akhirnya mencoba membacanya, dan ini pengalaman pertama saya membaca novel.
Secara garis besar buku ini diangkat dari kisah nyata yang menceritakan kisah seorang wanita asal kepulauan riau yang sedang melanjutkan studinya di kota Yogyakarta. Buku ini menceritakan tentang masalah moral, perjuangan, idealisme sebagai perempuan dan percintaan. Dalam buku ini juga memberikan gambaran jelas bagaimana kehidupan dunia pendidikan dan kehidupan lingkungan sosial warga Yogyakarta yang terkenal akan kemajemukanya. Buku ini menceritakan kisah percintaan ‘kelas berat’ yang terkadang membuat miris dan berkaca-kaca bagi para pembacanya tanpa perlu memandang bulu apakah ia lelaki ataupun wanita (alasan teman saya yang cowok bisa menangis,termasuk saya). Menceritakan bagaimana kisah seorang wanita yang sangat idealis, cerdas, kuat dan memegang teguh kepercayaanya bisa jatuh kedalam kondisi yang mungkin tidak semua wanita bisa menjalaninya. Berawal dari sebuah kelemahan wanita pada umumnya, yang terlalu menuruti perasaan dibandingkan logikanya, ia hamil diluar penikahan dengan seorang pria brengsek yang secara logika hal ini tidak akan pernah bisa terjadi , menceritakan bagaimana ia merawat dan membesarkan anaknya tanpa kehadiran seorang suami tentunya, dengan segala macam permasalahn stigma yang tumbuh dimasyarakat, terlebih hal ini berbanding terbalik dengan semua yang pernah ia perjuangkan selama ini.
Buku ini membuat pembacanya seperti mengendarai jet coaster, anda akan diajak merasakan tingginya langit dan dengan sesaat pula dapat dijatuh kedasar bumi. Buku yang benar-benar membuat perasaan anda bercampur aduk, terkadang anda bisa tersenyum sambil menyeka air mata dipipi anda, membuat anda tersenyum kecut dan membuat kaum pria mengepalkan tangan hingga memilih tembok untuk dijadikan sandsack.
Terima kasih untuk Langit Kresna Hariadi atas novel yang bermanfaat ini. Namun sayang, setelah mencoba mencari dari toko buku satu ke toko buku lain hasilnya nihil, buku ini sudah tidak ada lagi dipasaran. Saya belum beruntung menemukannya lagi, dan semoga anda yang lebih beruntung.
Selamat membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H