5. adanya perubahan emosi yang tidak stabil ketika tidak menonton pornografi;
6. merasakan kecemasan;
7. serta kesulitan dalam mengambil sebuah keputusan untuk masa depan.
Selain itu, dampak yang signifikan dari gaya hidup konsumeris pornografi adalah  meningkatnya angka pelecehan seksual, kasus penipuan dalam hubungan pacaran, kasus pemerkosaan, kasus perselingkuhan, dan pembunuhan. Ada 22.000-an kasus diantaranya 4.500-an korban laki-laki dan 19.400-an korban perempuan. Dari beberapa jenis kekerasan yang dialami oleh korban, paling banyak 9.775 kekerasan seksual yang terjadi.
Harus kita ketahui bersama, otak manusia apabila diberikan konsumsi yang salah dan takaran berlebihan akan memicu sifat kebinatangan pada diri mereka sendiri. Tidak memandang siapa akan menjadi objek pelampiasan hasrat libido mereka, tidak tanggung-tanggung anak, cucu bahkan ibu kandung sendiri menjadi objeknya. Tentu hasil studi dan kasus-kasus yang dijabarkan di atas dapat menjadi suatu perenungan dan pertimbangan bagi kita untuk mengambil sikap bijaksana dalam memaknai "Pornografi sebagai referensi". Tidak begitu elok, apabila kita tidak mengindahkan diri untuk menggunakan anugerah akal budi guna menjadi manusia yang berperikemanusiaan dimulai pada diri sendiri.
Rasulullah bersabda :Â Afdhalu Jihadi Ayyujahada Arrojulu Nafsahu wa Hawaahu (Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad [berjuang] melawan dirinya dan hawa nafsunya).
Diriwayatkan oleh Ibnu An-Najjar dari Abu Dzarr Radhiyallahu anhu. diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dan Ad-Dailami. dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami'ush-Shaghr, no 1099.
------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H