Mohon tunggu...
Rizma Rubia Ningsih
Rizma Rubia Ningsih Mohon Tunggu... Guru - S1

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Sosial Emosional Anak Usia Dini

10 Juni 2021   23:10 Diperbarui: 11 Juni 2021   00:17 1826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Negara Indonesia tengah dihebohkan dengan masuknya virus covid-19 sejak tahun 2020 yang menyebabkan sekolah-sekolah meliburkan siswa/i nya dan melakukan pembelajaran secara daring. Selain menyebabkan sekolah-sekolah diliburkan, pandemi juga menyebabkan anak melakukan segala aktifitas di rumah saja yang mengakibatkan anak tidak bisa bermain bebas dengan teman-temannya di luar rumah dan agar anak tidak terpapar virus tersebut dikarenakan anak merupakan insan yang masih rentan terpapar virus tersebut. 

Seperti yang diungkapkan oleh salah satu dokter spesialis anak Siloam Hospitals Manado dr. Johny Lambert Rompis SpA(K) bahwa hal ini tentu saja juga berdampak pada 80 juta anak di Indonesia. Mereka sangat berpotensi mengalami dampak serius akibat beragam dampak sekunder yang timbulkan, baik jangka pendek maupun jangka Panjang (Liputan 6, 2020).

Pandemi covid-19 berdampak pada segala aspek perkembangan anak termasuk dalam proses perkembangan sosial-emosi anak dengan cara bermain karena selama pandemi anak tidak bisa bermain dengan aktif dan bebas di luar rumah dengan teman-temannya. Seperti yang kita ketahui bahwa bermain merupakan salah satu kegiatan yang tidak pernah lepas dari anak. 

Bermain mengembangkan aspek sosial emosional anak yaitu melalui bermain anak mempunyai rasa memiliki, merasa menjadi bagian/diterima dalam kelompok, belajar untuk hidup dan bekerja sama dalam kelompok dengan segala perbedaan yang ada. Dengan bermain dalam kelompok anak juga akan belajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan anak yang lain, belajar untuk menguasai diri dan egonya, belajar menahan diri, mampu mengatur emosi, dan belajar untuk berbagi dengan sesama. Dari sisi emosi, keinginan yang tak terucapkan juga semakin terbentuk ketika anak bermain imajinasi dan sosiodrama (Christianti, 2007).

Perkembangan sosial-emosi anak merupakan salah satu aspek yang penting dan harus dikembangkan secara optimal kepada anak sejak usia dini. Hurlock (dalam Dewi, 2018) mengatakan bahwa perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau berperilaku dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat yang sesuai dengan tuntunan sosial. 

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. kemampuan sosial anak dapat diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Ironisnya selama pandemi anak tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan perkembangan sosial-emosi melalui kegiatan bermain dengan teman-temannya sehingga anak tidak bisa merasakan emosi yang dihasilkan saat bermain dan bersosialisasi. Menurut Gottman dan Declaire (dalam Susanto, 2011) manfaat sosial bagi anak, yaitu: 1) Anak memiliki sikap bersahabat dan mudah bergaul dengan teman sebayanya; 2) Anak memiliki tenggang rasa dan perhatian terhadap orang lain; 3) Memiliki sikap kepentingan sosial (senang menolong orang lain); 4) Anak memiliki sikap senang berbagi rasa dan bekerjasama; 5) Anak memiliki sikap demokratis dalam bergaul; 6) Anak mampu berkomunikasi dengan baik terhadap orang lain; 7) Anak mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain; 8) Anak memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menganalisis hubungan dengan orang lain.

Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk menstimulus perkembangan sosial-emosi anak dengan kegiatan bermain selama pandemi adalah dengan melibatkan orang tua dalam berbagai kegiatan anak dan menjadi teman bermain anak selama di rumah. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak karena orang tua merupakan individu-individu pertama yang dikenal dan mengajari anak pertama kali. Orang tua diharapkan mempunyai pengetahuan dan kesadaran untuk menstimulasi dengan baik segala aspek pertumbuhan dan perkembangan anak. Akan tetapi, saat ini banyak orang tua yang kurang memahami akan hal ini. 

Bahkan ketika anak merasa bosan dan tantrum, orang tua mencari cara aman dan mudah untuk mengatasi hal tersebut, misalnya memberikan gadget pada anak (Rohayani, 2020). Hal ini sebaliknya akan memberikan efek kecanduan dan beberapa faktor kurang baik yang akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak. Memberikan gadget memang diperbolehkan tetapi sebaiknya orang tua membatasi waktu pemakaiannya kepada anak yang masih berusia dini. Cara lain selain memberikan gadget kepada anak, orang tua bisa menemani anak bermain sehingga orang tua dapat mengetahui perkembangan anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Christianti, M. (2007). Anak dan Bermain. Jurnal Club Prodi PGTK UNY, 1, 3-4.

Dewi, A. R. T. (2018). Pengaruh Keterlibatan Orangtua Terhadap Perilaku Sosial Emosinal Anak. Jurnal Golden Age, 2(02), 66-74.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun