kendaraan listrik akan memimpin industri otomotif. Akan tetapi, kenyataannya kini justru sebaliknya. Saat kita melihat pangsa pasar penjualan kendaraan, jelas terlihat bahwa kendaraan listrik kini mulai mengganggu penjualan mobil konvensional, bahkan salah satu perusahaan kendaraan listrik dari Tiongkok yaitu BYD sudah memasuki peringkat kedelapan dalam data penjualan mobil terbanyak pada tahun 2023. Selain itu, banyak perusahaan otomotif dunia yang telah melakukan pivot untuk fokus menjual kendaraan listrik. Perubahan ini menunjukkan betapa cepatnya industri otomotif beradaptasi dengan inovasi dan teknologi ramah lingkungan.
Beberapa tahun yang lalu, rasanya hampir mustahil untuk mendengar bahwaBisa diprediksi bahwa dalam beberapa tahun kedepan, bukan tidak mungkin kalau kendaraan listrik akan memimpin industri otomotif. Namun, apabila hal ini terjadi, akan muncul permasalahan yang perlu dipikirkan lagi sejak sekarang, yaitu bagaimana nasib mobil-mobil konvensional yang sudah tidak terpakai lagi? Tentu saja, membuangnya bukanlah solusi yang baik. Dengan jutaan mobil yang dimiliki masyarakat saat ini, limbah yang dihasilkan bisa sangat besar. Bahkan, jika kendaraan tersebut diolah kembali, prosesnya akan menghabiskan banyak uang dan waktu. Oleh karena itu, beberapa ilmuwan telah memikirkan solusi untuk permasalahan ini dengan mengembangkan bahan bakar yang 100% sustainable fuel
100% sustainable fuel merupakan jenis bahan bakar yang diproduksi dari sumber yang tidak merusak lingkungan dan tidak mempengaruhi produksi pangan. Sumber bahan bakar ini dapat berasal dari limbah pertanian, limbah kota, atau limbah kehutanan. Selain itu, inovasi dalam pengembangan bahan bakar ini juga meliputi penggunaan karbon yang diekstraksi dari alga atau yang ditangkap langsung dari udara.Â
Jenis bahan bakar seperti itu merupakan suatu inovasi yang luar biasa karena bahan bakar ini diciptakan untuk dapat digunakan secara langsung pada kendaraan anda tanpa adanya modifikasi. Tentu saja hal ini jauh lebih murah daripada harus membeli mobil listrik. Dengan rata-rata umur kendaraan pribadi di seluruh dunia ini sudah mencapai 20 tahun dan diprediksi akan terus meningkat, 100% sustainable fuel akan sangat membantu dalam mengurangi karbon emisi, bahkan jenis bahan bakar ini mampu untuk mengurangi gas efek rumah kaca hingga 94%.
Saat ini, bahan bakar fosil menyuplai sekitar 64,5% dari total listrik di dunia. Ini berarti bahwa ketika Anda mengisi daya baterai mobil listrik, Anda secara tidak langsung masih bergantung pada pembakaran bahan bakar fosil. Akibatnya, keunggulan mobil listrik dalam mengurangi emisi gas rumah kaca tidak sepenuhnya terasa. Menurut Volvo, salah satu produsen otomotif yang dikenal dengan mobil-mobilnya yang tangguh, proses pembuatan mobil listrik dapat menghasilkan emisi karbon hingga 70% lebih banyak dibandingkan dengan produksi mobil konvensional.
100% sustainable fuel juga tidak mengurangi performa mesin. Hal ini telah dibuktikan oleh Sebastian Vettel, juara dunia Formula 1 empat kali, yang mengemudikan mobil balap Williams FW14B di Silverstone pada tahun 2022 dengan menggunakan bahan bakar terbarukan. Hasilnya sangat mengesankan; Vettel berhasil melaju dengan kecepatan penuh di sirkuit Silverstone tanpa mengalami kendala. Yang lebih menarik, bahan bakar ini dapat langsung digunakan pada mesin tanpa perlu melakukan modifikasi. Â
Dari sini kita dapat melihat bahwa 100% sustainable fuel merupakan kandidat kuat untuk menjadi masa depan industri otomotif. Bukan tidak mungkin juga kalau pada 10 atau 20 tahun kedepan kendaran listrik akan disrupsi oleh  jenis bahan bakar itu seperti kendaraan listrik yang sekarang mendisrupsi kendaraan konvensional. Dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang, industri otomotif mungkin akan memasuki era baru di mana 100% sustainable fuel  dan kendaraan listrik akan saling melengkapi atau bahkan bersaing untuk memberikan solusi terbaik bagi dunia yang lebih hijau. Jika ini terjadi, dampaknya akan dirasakan tidak hanya oleh sektor transportasi, tetapi juga oleh berbagai industri terkait lainnya, membuka peluang untuk inovasi lebih lanjut dalam mencapai masa depan yang lebih ramah lingkungan.
Sumber:
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0973082623001102