Untuk : Puput Dwi Waryanti
ketika sisa tatapmu semalam yang kugenggam
melahirkan ribuan kupu-kupu dari bunga-bunga waktu
aku semakin rajin menerka-nerka
secepat apa matahari bergeser dari langit matamu menuju belahan dunia lainnya
maka, sengaja kubiarkan pagi mengembun di pipimu
agar hatiku tak lagi membeku oleh sungai-sungai masalalu
pernahkah kau ketahui, bahwa pagi adalah ranting-ranting lapuk
yang rindu akan sapuan hujan, menumbuhkan benih-benih kebahagiaan
dan apalah kebahagiaan itu, tanpa lengkung senyummu:
bumi bagi segala puisiku menjejakkan kaki
kuraba denyut hari yang kian meninggi
hingga tak mampu membedakan lagi; mimpi dan pelukanmu yang suci
o kekasih, biarlah cinta kita menjadi matahari
yang hanya tersentuh oleh mimpi dan hanya terkecup oleh bidadari
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI