Setidaknya...
terdapat sebuah kerangka kesuksesan sepeninggal kegagalan,
adalah kesabaran dan do'a yang menyempurnakannya.
-Rizqisme89-
Berbahagia secara sederhana, mungkin itu kuncinya. Sering kedangkalan pikirku menafsirkan kebahagiaan adalah terpenuhinya semua hasrat yang ada dalam kedirianku. Kebahagiaan adalah kecukupan atas sebuah nafsu. Kebahagiaan adalah keadaan dimana aku merasa sedang menggenggam dunia dikepalan tangan kecilku. Ternyata tak hanya itu..
Kedewasaan mengikis paradigma dulu. Berfikir radikal hingga membuahkan sebuah karya pikir; "Bukankah kita terlalu mengecilkan makna kasih sayang Tuhan dengan melihat kebahagiaan dalam perspektif parsial? Bukankah segarnya air akan nampak terasa ketika tenggorokan kita dahaga? Bukankah kesadaran ternamakan dari proses yang berbalik makna darinya, kita menyebutnya mimpi. Dan bukankah kita makhluk yang sempurna, dimana kita dipilih langsung Sang Pemilik Otoritas Dunia menjadi pemimpin bagi setiap makhluk yang ada? Tiada alasan mengecilkan makna kenikmatan bahagia, meski tak jarang kesadaran yang melemah mengaburkan semuanya, meruksak konsepsi hakiki".
"Katakanlah: ”Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur".
(Al-Quran Al-Karim Surah Al-Mulk [67]: ayat 23)
Maka bersyukur, lalu berbahagialah...
Baca juga di : http://prosesberfikir.blogspot.com/2012/07/bersyukur-lalu-berbahagia.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H