Mohon tunggu...
Rizky shorfana
Rizky shorfana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Magister Aqidah dan Filsafat Islam Sunan Kalijaga

saya suka menulis terkait dengan sejarah, filsafat dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

William C. Chittick: Makna, Dimensi, dan Orisinalitas Tasawuf

11 November 2024   06:30 Diperbarui: 11 November 2024   07:46 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam merupakan agama yang dibawa oleh Muhammad untuk memperbaiki akhlak umat manusia, khususnya diwilayah semenanjung Arab. Islam sendiri memiliki tiga pilar utama yang dijelaskan dalam sebuah Hadist yang disampaikan melalui Jibril. Tiga pilar tersebut antara lain; Islam, Iman dan Ihsan. Kemudian, Nabi menjelaskan makna dari ketiga pilar tersebut. Pertama Islam, adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan salat lima waktu, membayar zakat, puasa Ramadhan, dan menunaikan haji bila mampu. Kedua Iman, adalah beriman kepada Allah, malaikat, kitab suci, rasul dan takdir qada maupun qada-Nya. Ketiga Ihsan, adalah menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, meskipun kamu tidak melihat-Nya, pada hakikatnya Dia selalu melihatmu.

Dapat diketahui bahwa kategori pertama dan kedua tersebut berhubungan erat dengan syariat dan ajaran-ajaran agama, yang telah banyak dibahas atau didalami oleh para ulama atau pun sarjana muslim. Sedangkan untuk definisi ihsan itu sendiri, masih sedikit sekali ulama maupun sarjana muslim yang membahasnya, karena maknanya yang tidak begitu jelas dan sulit dipahami. Padahal jika diteliti lebih dalam, Ihsan membahas mengenai bagian paling dalam (esoteris) dari ajaran agama itu sendiri. Sehingga yang membahas mengenai ihsan adalah para sufi. karena ihsan sendiri merupakan petunjuk jalan agar mendekatkan diri pada Allah.    

Sedangkan ilmu yang membahas hal-hal mengenai ihsan sering dikenal dengan tasawuf. Namun istilah tasawuf sendiri banyak yang mempertanyakan keaslian apakah murni berasal dari Islam ataupun mengambil ajaran-ajaran dari Platonisme pada zaman Yunani klasik. Selain itu tasawuf juga sering disamakan dengan ajaran-ajaran mistisisme Buddhisme, Yoga, Zen dan Vedanta. Meskipun begitu ada juga yang mengatakan bahwa tasawuf merupakan mistisisme, bagian esoteris, ataupun spiritualitas Islam. akan tetapi menurut Chittick, definisi-definisi tersebut terlalu luas juga terlalu sempit untuk menggambarkan berbagai ajaran dan fenomena yang diidentifikasikan oleh sufisme sepanjang sejarah.

Dalam literatur Islam, tidak ada kesepakatan dari berbagai tokoh, ulama, maupun sarjana mengenai makna tasawuf. Sehingga menimbulkan banyak perdebatan dari berbagai kalangan. Bagi mereka yang melihat dari sisi positif menghubungkan tasawuf dengan ide dan konsep yang berkaitan dengan pencapaian kesempurnaan manusia dengan mengikuti teladan Nabi Muhammad. Sedangkan yang melihat dari sisi negatif mengaitkan tasawuf dengan berbagai distorsi ajaran Islam. Meskipun begitu, Chittick tidak langsung menerima maupun menolak dari penjelasan-penjelasan para penulis muslim. Akan tetapi, ia tidak memberikan definisi tasawuf namun menjelaskan tasawuf dengan mencoba menemukan realitas dibalik istilah tasawuf seperti yang dikatakan Ali Bunshanji yaitu;” Tasawuf adalah nama tanpa realitas, tetapi dahulu ia adalah realitas tanpa nama”.

Dengan demikian, seperti yang dijelaskan di awal bahwa tasawuf adalah ajaran yang mendalami makna Ihsan. Sedangkan ihsan dibangun dari dua fondasi sebelumnya yaitu; Islam atau sikap tunduk dan patuh kepada Allah (praktik syariah) dan Iman (penerimaan ajaran dasar Islam tentang Tuhan, kenabian dan hari akhir). Setelah memperoleh dasar yang cukup mengenai kedua dimensi tersebut. Kemudian mereka memfokuskan diri pada upaya bagaimana mereka dapat menyembah Allah seolah-olah mereka melihat-Nya. Sehingga pada akhirnya ketulusan dan cinta yang telah ia lalui pada kedua dimensi sebelumnya dapat membawa mereka ke tempat di mana “seolah-olah” sifat keduniawian tidak lagi berlaku.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tasawuf merupakan murni dari ajaran dari agama Islam itu sendiri, karena bersumber dari al-Qur’an maupun Hadist. Dengan melalui dua fondasi Islam dan Iman, di mana kedua kata atau istilah tersebut sering diulang-ulang dalam al-Qur’an maupun Hadist. Sehingga menjelaskan bahwa tasawuf sendiri merupakan bagian terdalam dari ajaran agama Islam. Ajaran yang menuju kedekatan makhluk kepada Tuhan, ajaran yang mengenalkan makhluk kepada Tuhan, yang pada akhirnya manusia dapat mencapai kesempurnaan melalui jalan yang telah ditempuh dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun