Keberadaan desa Kedawong, Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang tidak terlepas dari sosok KH. Mustahal yang notabene adalah seorang pendiri atau yang membabat alas di Desa Kedawong pada akhir abad ke 18 M, Pada saat remaja, ia hijrah dari Demak ke Jawa Timur untuk menemui atau sowan kepada pamannya yang bernama KH. Syamsuddin yang ada di daerah Ndaleman Sidoarjo, dan saat ini makam beliau masih banyak di ziarahi oleh orang banyak. Sebelum ia membabad hutan di Desa Kedawong, ia terlebih dahulu singgah di pondok pesantren Sidosermo Surabaya. setelah itu, ia berjalan ke arah Barat dan akhirnya membabat hutan yang kemudian dikenal dengan nama Kedawong.
      Perlu diketahui bahwa berdasarkan informan kami, sebelum kedatangan Mbah Mustahal ke desa Kedawong tersebut. pada abad ke-16, terdapat suatu tokoh yang memiliki darah dari kerajaan Giri yang membabad pertama kali hutan yang ada di wilayah Kedawong. ia adalah Sayyid Malik Rasyid bin Sayyid Abdur Rasyid, seorang utusan dari kerajaan Giri yang diutus untuk menyebarkan Islam di daerah Wirasaba atau yang sekarang lebih dikenal dengan daerah Jombang. ia juga diutus oleh kerajaan Giri untuk menutup pasetran dan pemujaan yang terdapat pada wilayah Diwaka (sekarang yang dikenal menjadi daerah Diwek).
      Selain itu, dalam naskah kuno yang dipegang oleh dzuriyyah atau yang masih memiliki darah dari kerajaan Giri bahwa pada tahun 1519 M. Sayyid Malik Abdul Rasyid ini berhasil menutup tempat pasetran atau pemujaan yang terdapat pada wilayah Wirasaba, ia memilih untuk membabat hutan di wilayah Kedawong dan menetap di sana hingga akhir hayatnya. Akan tetapi, anak-anak dari Sayyid Malik ini memilih untuk meninggalkan desa Kedawong, sehingga ketika Mbah Mustahal sampai di Desa tersebut telah menjadi Hutan yang rindang kembali.
Makam Sayyid Malik Abdur Rasyid
      Menurut informan kami juga sekaligus masih memiliki darah dengan Mbah Mustahal. Menurutnya sosok Mbah Mustahal sendiri tidak banyak diketahui oleh orang banyak, bahkan dari sesepuh Desa Kedawong yang merupakan Dzuriyyah atau keturunan dari KH. Mustahal sendiri tidak banyak mengetahui akan sejarah dan cerita dari seorang buyutnya tersebut. hal ini disebabkan, ketika Mbah Mustahal ditanya akan sosok orang tua atau kakek neneknya tersebut, ia selalu menjawab bahwa dirinya tersebut berasal dari wilayah Demak, dan leluhurnya adalah orang-orang yang baik. Oleh karena itu, Mbah Mustahal berharap agar anak dan cucunya nanti harus menjadi seorang yang baik juga seperti para leluhur mereka.
      Meski demikian, salah satu sosok dari dzuriyyah generasi ke-6 sekaligus orang yang menjadi informan kami untuk menggali cerita kisah dari Mbah Mustahal. Yang mana ia juga menjadi tokoh masyarakat, dan tokoh agama di desa Kedawong yang bernama ustad Makmun, memiliki keinginan untuk menggali informasi terkait sosok leluhurnya tersebut yakni KH. Mustahal. Hal ini dikarenakan setiap kali ia bertanya kepada sesepuh selalu mendapatkan jawaban bahwa mbah Mustahal itu berasal dari Demak, yang hijrah kesini untuk syiar Islam.
      Oleh karena itu, akhirnya Moh. Makmun berusaha mencari informasi ke beberapa daerah, untuk menemui pakar dzuriyyah dan pakar nasab untuk menanyakan tentang sosok dari siapa itu mbah Mustahal. Pada akhirnya, setelah sekian waktu ia mendapatkan informasi dan silsilah terkait sosok Mbah Mustahal dari seseorang yang memiliki catatan silsilah keluarganya, ternyata nama Mustahal dari Demak ada di dalam catatan silsilah tersebut.
      Kendati demikian, Moh. Makmun yang mana merupakan satu-satunya informan kami, tidak berkenan untuk memberikan silsilah terkait sosok KH. Mustahal tersebut. dikarenakan menurutnya mbah Mustahal saja menyembunyikan identitasnya. Sehingga ia menyimpan silsilah mbah Mustahal untuk dirinya sendiri.
      bahkan  keluarga besar dari Bani KH. Mustahal sendiri tidak ia beri tahu, kecuali 3 orang saudaranya yang ia beritahu itu pun diwanti-wanti agar tidak memberi tahu kepada orang lain, serta tidak boleh dibuat bangga-banggan terkait dengan nasab. Tambahnya lagi, orang yang diberitahu olehnya itu, agar dijadikan bahan untuk mendidik anak serta cucunya untuk senantiasa berusaha menjadi seseorang yang baik, orang yang bermanfaat, serta dapat senantiasa memegang teguh ajaran agama Islam.
      Selain itu, menurut Moh Makmun terdapat dua hal yang mendasar kenapa mbah Mustahal tidak ingin membuka atau memberitahu terkait dengan identitasnya, yaitu: