Pada dasawarsa terakhir, fenomena budaya populer di Korea Selatan dan Indonesia telah berkembang secara pesat dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena K-Pop di Korea Selatan dan dangdut di Indonesia telah menjadi ikon budaya yang menyebar ke seluruh dunia. Lebih dari sekadar hiburan, perkembangan kedua genre budaya populer ini ternyata juga berdampak pada dinamika politik di kedua negara. Baik K-Pop maupun dangdut, keduanya telah menjadi alat penting bagi para aktor politik untuk menjangkau dan menarik dukungan dari kalangan muda. Selain itu, budaya populer juga turut membentuk cara pandang masyarakat terhadap isu-isu politik, bahkan mempengaruhi preferensi pemilih. Artikel ini akan menganalisis bagaimana budaya populer, khususnya K-Pop dan dangdut, telah mempengaruhi lanskap politik di Korea Selatan dan Indonesia.Â
Pengaruh K-Pop terhadap Politik di Korea Selatan.Â
Fenomena K-Pop di Korea Selatan tidak dapat dilepaskan dari perkembangan politik di negara tersebut. Sejak awal kemunculannya pada era 1990-an, industri K-Pop telah menjadi alat bagi pemerintah untuk mempromosikan citra positif Korea Selatan di dunia internasional. Pemerintah Korea Selatan secara aktif mendukung dan menginvestasikan dana besar untuk mengembangkan industri K-Pop, yang kemudian menjadi salah satu sumber pemasukan devisa terbesar bagi negara. Selain itu, K-Pop juga dimanfaatkan oleh para politisi Korea Selatan untuk menarik simpati dan dukungan, terutama dari kalangan pemilih muda. Banyak politisi yang menghadirkan idola K-Pop dalam acara-acara politik mereka, atau bahkan memanfaatkan lagu-lagu K-Pop dalam iklan politik. Tidak jarang pula, para politisi membuat kebijakan-kebijakan yang menguntungkan industri K-Pop, seperti memberikan insentif pajak atau dukungan infrastruktur. Pengaruh K-Pop terhadap preferensi pemilih di Korea Selatan juga cukup signifikan. Survei menunjukkan bahwa penggemar K-Pop cenderung lebih aktif dalam berpolitik, serta lebih terbuka terhadap isu-isu politik yang berkaitan dengan budaya dan gaya hidup. Selain itu, idola K-Pop yang memiliki pandangan politik tertentu juga dapat mempengaruhi preferensi pemilih, terutama di kalangan penggemar mereka.Â
Pengaruh Dangdut terhadap Politik di Indonesia
Serupa dengan Korea Selatan, budaya populer juga memainkan peran penting dalam dinamika politik di Indonesia, khususnya genre dangdut. Dangdut, yang merupakan perpaduan antara musik tradisional Melayu, India, dan Arab, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak lama. Sama halnya dengan K-Pop di Korea Selatan, dangdut juga dimanfaatkan oleh para politisi Indonesia untuk menarik simpati dan dukungan dari kalangan pemilih. Banyak politisi yang mengundang penyanyi dangdut dalam acara-acara kampanye mereka, atau bahkan membuat lagu dangdut khusus sebagai jingle politik. Tidak jarang pula, para politisi memberikan dukungan finansial atau infrastruktur bagi industri dangdut, misalnya dengan mendanai festival dangdut atau membangun panggung pertunjukan. Selain itu, dangdut juga turut membentuk cara pandang masyarakat terhadap isu-isu politik di Indonesia. Lagu-lagu dangdut seringkali mengangkat tema-tema yang dekat dengan kehidupan masyarakat, seperti ketimpangan sosial, korupsi, atau kritik terhadap pemerintah. Hal ini kemudian mempengaruhi persepsi pemilih terhadap isu-isu politik tersebut. Bahkan, beberapa penyanyi dangdut yang memiliki popularitas tinggi juga terjun ke dunia politik, baik sebagai calon legislatif maupun eksekutif. Kehadiran mereka di panggung politik seringkali mendapat antusiasme yang tinggi dari kalangan penggemar dangdut.Â
Persamaan dan Perbedaan
Meskipun terdapat perbedaan dalam konteks budaya dan sejarah, baik K-Pop di Korea Selatan maupun dangdut di Indonesia sama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dinamika politik di masing-masing negara. Keduanya dimanfaatkan oleh para aktor politik untuk menarik dukungan, terutama dari kalangan pemilih muda. Perbedaan yang cukup mencolok adalah bahwa industri K-Pop di Korea Selatan mendapat dukungan yang lebih besar dari pemerintah, baik dalam bentuk kebijakan maupun pendanaan. Sementara itu, industri dangdut di Indonesia lebih berkembang secara "organik" dan cenderung kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Selain itu, pengaruh K-Pop terhadap preferensi pemilih di Korea Selatan tampak lebih signifikan dibandingkan dengan pengaruh dangdut di Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan karakteristik dan basis penggemar antara K-Pop dan dangdut. Namun, keduanya sama-sama memiliki potensi untuk terus mempengaruhi lanskap politik di masing-masing negara di masa mendatang. Perkembangan budaya populer yang semakin masif dan terhubung secara global pun turut memperkuat peran dan pengaruh K-Pop dan dangdut dalam ranah politik.Â
Budaya populer, dalam bentuk K-Pop di Korea Selatan dan dangdut di Indonesia, telah menjadi fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari dinamika politik di kedua negara. Meskipun terdapat perbedaan dalam konteks dan derajat pengaruhnya, keduanya sama-sama dimanfaatkan oleh para aktor politik untuk menarik dukungan, terutama dari kalangan pemilih muda. Perpaduan antara budaya populer dan politik ini menunjukkan bahwa keduanya saling terkait dan saling memengaruhi dalam membangun preferensi serta lanskap politik di Korea Selatan dan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H