Ada cara untuk berumur panjang meskipun jiwa tak lagi di bumi. Kalau kita pikirkan kembali, kenapa kita bisa mengenal Imam Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ibn Rusyd, dan Al Farabi padahal mereka sudah meninggalkan kita sejak lama? Â Kita tidak mengenal mereka secara pribadi, tapi melalui karya-karyanya. Kita mengenal mereka melalui tulisan kita.Â
Buku-bukunya bertebaran dan gagasan mereka kita kenal sampai sekarang karena mereka menulis. Mereka menuangkan gagasannya ke dalam sebuah tulisan. Mungkin mereka tidak tahu bahwa tulisannya melintasi zaman. Namun, yang kita tahu, eksistensinya masih ada dalam bentuk tulisan.Â
Itu versi penulis dalam melihat kebermanfaatan dalam menulis. Sebenarnya menyebut abadi terlalu berlebihan. Hanya Tuhan yang Abadi di Semesta ini. Mungkin diksi bertahan selamanya lebih tepat karena kata "selamanya" sangat relatif.Â
Menulis bisa bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain. Tetapi, soal bermanfaat atau tidaknya sebuah tulisan itu sebenarnya bukan di bawah kendali kita. Kalau bisa bermanfaat untuk peradaban, itu harus disyukuri. Itu juga tergantung siapa yang menerimanya. Kita bisa bilang itu bermanfaat tapi orang lain belum tentu. Semua tergantung kebutuhan. Namun, kalau memang kita niatkan bahwa kita menulis untuk berkontribusi terhadap kemanusiaan, semoga itu bisa membawa manfaat yang banyak.Â
Penulis tidak ingin memaksakan sebuah manfaat dari menulis. Karena manusia lebih 'sreg' kalau membuktikannya sendiri, oleh karenanya penulis menyarankan untuk mencobanya sendiri. Setidaknya, supaya kita bisa merasakan langsung manfaatnya bagi kita sendiri. Oleh karena itu, Mari kita menulis!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H