Mohon tunggu...
Rizky RAP
Rizky RAP Mohon Tunggu... Lainnya - Iman Ilmu Amal

Menjadi Pribadi yang Selalu Berfikir dan Beriman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KENAPA HARUS PCPM DAHULU ?

24 Januari 2021   14:00 Diperbarui: 25 Januari 2021   14:59 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem kenegaraan yang dianut oleh Negara tercinta kita ini dikenal dengan istilah jenjang piramida. Dengan kata lain sumber teori piramida (Stufentheory) ini telah banyak diadopsi oleh beberapa organisasi besar di Republik Indonesia. Sistem Hukum Berjenjang ini tentu telah dikenali dengan pelopor Hans Kelsen ia menyatakan “Sistem hukum merupakan sistem anak tangga dengan kaidah berjenjang dimana norma hukum yang paling rendah harus berpegangan pada norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah hukum yang lebih tinggi (Seperti Konstitusi) harus berpegang pada norma hukum yang paling mendasar (grundnorm).”

Diorgranisai otonom Muhammadiyah terlihat telah mengadopsi Stufentheory dalam mengembangkan dan menguatkan persyarikatan organisasinya. Dimulai dari kepengurusan yang terendah yakni Tingkat Ranting, Cabang, Daerah, Wilayah, dan Pusat. Tampak jelas sekali bahwa organisasi besar yang sangat berperan aktif, sejak zaman perjuangan hingga pembangunan turut dalam mengembangkan sistem berjenjang. Dilihat dari prespektif efisiensinya Persyarikatan mengalami kemajuan yang sangat pesat dengan diisi oleh berbagai elemen sebagai kadernya

Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM), baik dalam aspek kelahiran (historis), ideologi serta gerakannya erat hubungannya dengan Muhammadiyah. PCPM sebagai organisasi otonom  dari organisasi besar Muhammadiyah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mewadahi kader-kader muda Muhammadiyah dalam rangka membentuk generasi penerus Persyarikatan (Muhammadiyah), umat dan Bangsa.

Hal ini menuntut kader muda berperan aktif dalam mengembangkan diri pada organisasi. Pemuda Muhammadiyah sendiri menawarkan tingkat Ranting hingga pusat. Jenjangnya jelas, kader muda bisa turut aktif di Kepengurusan Cabang apabila ingin membaktikan dirinya ditingkatan yang lebih lanjut. Sebagai Kader Muda penting sekali mendarma baktikan diri pada tingkatan yang ada, walaupun telah berada pada posisi Pimpinan tertentu (Daerah Misalnya), ia wajib juga berperan aktif dalam mendukung program yang dilaksanakan pada pimpinan cabang dan pimpinan rantingnya.

Otokritik Terhadap Pengkaderan Dalam Prespektif Fenomologi

BANG RAP
BANG RAP

Kali ini pembahasan dalam prespektif fenomologi, pada perkembangan seorang kader Pemuda Muhammadiyah diera Milenial. Yang kita ketahui 2028  hingga 2030 kedepan seorang kader muda akan menghadapi bonus demografi penduduk (Generasi Usia Produktif). Pertanyaannya ialah Kanapa Harus PCPM Dahulu ? Seperti yang kita ketahui Bersama Baitul Arqom Dasar (BAD) Merupakan jenjang pengkaderan formal yang ada di Pemuda Muhammadiyah, sebelumnya bernama Melati Tunas. Perubahan tersebut berdasarkan Tanfidz Muktamar di Padang pada tahun 2014 silam.

Dalam perjalanannya BAD 2020 yang lalu merupakan sejarah baru bagi  perkembangan kader di daerah Belitung dan Belitung Timur.  Dengan adanya kemajuan tersebut harapannya pengkaderan dapat terus berlangsung dan tidak sekedar menjadi ajang seremonial. Adanya internalisasi ideologi lanjutan secara Komprehensif menjadikan program pengkaderan semakin singnifikan dalam penyampaian ideologi persyarikatan (Muhammadiyah).

Hal tersebut guna mendukung  pemantapan kader secara menyeluruh  dalam memahami   ideologi atau dalam Bahasa lain kader tidak kembali menangkap “abu” melainkan “api”  ideologi utuh Muhammadiyah. Kedepannya sumbangsih terhadap persyarikatan akan terlihat lebih maksimal diberdayakan, dan yang lebih penting dari itu semua ialah tidak adanya ideologi “siluman” dalam tubuh Muhammadiyah.

Inilah realitas dari prespektif metode fenomologi dalam memberikan makna dan harapan, pada fenomena yang dialami oleh sekelompok individu maupun pribadinya, pada proses pengkaderan yang berjenjang dan komperhensif. Penerapan metode ini merupakan salah satu cara efektif dalam mengungkap dan menggali kesamaan makna tersebut, dengan harapan pesan dan tanda yang disampaikan fenomolog.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun