Bayangkan jika setiap tegukan air yang Anda minum adalah ancaman bagi kesehatan Anda. Di Gaza, ini bukan sekadar khayalan. Setiap tetesan air yang mereka konsumsi bisa membawa penyakit, bahkan kematian.
 Krisis air bersih di wilayah konflik ini bukan lagi soal kekurangan, tapi soal hidup dan mati. Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu? Di sini ini kita akan mengungkap kenyataan yang terjadi di Gaza dan bagaimana kita bisa berkontribusi untuk mengubah nasib mereka, satu tetes air sekaligus.
Fakta Mengerikan Air Bersih di Gaza
Jalur Gaza menghadapi krisis air akut dengan satu-satunya sumber air tawar, akuifer pesisir, mengalami pencemaran berat. Lebih dari 90% air dari akuifer ini tidak layak minum akibat tercemar air laut, limbah, dan limpasan pertanian. Tingkat ekstraksi air mencapai 160 juta meter kubik per tahun, jauh di atas batas aman yang direkomendasikan, yaitu 55 juta meter kubik.Â
Over-ekstraksi ini menyebabkan air laut merembes ke dalam akuifer, memperparah pencemaran, sehingga warga Gaza tidak punya pilihan selain menggunakan air yang tercemar.
Kerusakan infrastruktur air akibat pengeboman Israel semakin memperburuk krisis ini. Sebelum 2006, 97% rumah tangga di Gaza memiliki akses ke air tawar, namun serangan yang terus-menerus merusak tiga dari lima pabrik pengolahan air, menyebabkan pembuangan 3,5 juta kaki kubik limbah mentah ke Laut Mediterania setiap hari. Warga Gaza kini harus menempuh jarak jauh atau membeli air kemasan mahal yang diselundupkan dari Mesir, sementara Israel menguasai 80% dari sumber air Gaza.
Proyek desalinasi yang diusulkan pada 2012 gagal karena konflik, memperpanjang krisis air. Dengan tidak adanya akses terhadap bahan baku untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak, serta blokade yang membatasi upaya perbaikan, Gaza semakin terancam menjadi tidak layak huni dalam waktu dekat jika krisis air ini tidak segera diatasi. (https://blog.npc.id/krisis-air-di-gaza/)
Dampak Nyata Krisisi Air Bersih
Krisis air bersih di Gaza membawa dampak yang serius, terutama pada kesehatan. Anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan. Penyakit-penyakit seperti diare dan infeksi kulit, yang disebabkan oleh air yang terkontaminasi, meningkat tajam di Gaza. Setiap harinya, ribuan anak-anak berisiko terkena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan akses ke air bersih.
Selain dampak kesehatan, krisis air juga memengaruhi pendidikan. Ketika anak-anak sering sakit, mereka tidak bisa bersekolah secara teratur. Selain itu, ketersediaan air di sekolah-sekolah seringkali tidak mencukupi, sehingga fasilitas sanitasi menjadi tidak memadai. Ini membuat sekolah menjadi tempat yang tidak sehat dan tidak aman bagi para siswa.