Mohon tunggu...
Rizky Rachmat
Rizky Rachmat Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Seorang digital marketer sambil kegiatan sosial kemanusiaan, baca fiksi dan foto-foto

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Guru Ngaji Pedalaman: Pejuang Agama Namun Penuh Keterbatasan

30 September 2024   15:54 Diperbarui: 11 Oktober 2024   10:15 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Laznas Dewan Dakwah

Di tengah tantangan modernisasi dan perubahan sosial yang cepat, kehadiran guru ngaji di tengah masyarakat menjadi lebih penting dari sebelumnya. Di wilayah pedalaman Indonesia, guru ngaji menjadi ujung tombak pendidikan Al-Qur'an dan nilai-nilai keislaman bagi generasi muda. Mereka tidak hanya mengajarkan bagaimana membaca dan memahami Al-Qur'an, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual yang membentuk karakter umat.

Guru ngaji seringkali berperan sebagai satu-satunya sumber ilmu agama bagi masyarakat di wilayah terpencil. Di banyak desa yang belum memiliki akses ke sekolah agama formal, peran guru ngaji menjadi vital dalam memastikan bahwa anak-anak dan remaja mendapatkan pendidikan agama yang layak. Mereka berjuang mengajarkan Al-Qur'an di tengah keterbatasan fasilitas dan seringkali tanpa dukungan finansial yang memadai.

Tingginya Angka Buta Huruf Al-Qur'an di Indonesia

Meskipun Indonesia merupakan negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, angka buta huruf Al-Qur'an masih cukup tinggi, terutama di pedalaman. Menurut data dari Kementerian Agama, sekitar 65% dari masyarakat di daerah terpencil tidak memiliki kemampuan membaca Al-Qur'an. Hal ini disebabkan oleh minimnya fasilitas pendidikan agama serta kurangnya tenaga pengajar yang memadai.

Ketiadaan guru ngaji di banyak wilayah pedalaman Indonesia menjadi salah satu penyebab utama rendahnya tingkat literasi Al-Qur'an. Kondisi ini tentu mengkhawatirkan, mengingat pentingnya membaca dan memahami Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari umat Muslim. Banyak anak-anak yang tumbuh dewasa tanpa kemampuan dasar membaca Al-Qur'an, sehingga mereka kehilangan salah satu aspek penting dalam menjalankan kehidupan beragama mereka.

Bagaimana Jika Kita Tidak Bisa Mengaji?

Membaca Al-Qur'an adalah ibadah yang tidak hanya mendatangkan pahala, tetapi juga memperkaya kehidupan spiritual umat Islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin" (QS. Al-Isra': 9). Selain itu, hadits Rasulullah SAW juga menegaskan, "Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-Qur'an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat" (HR. Tirmidzi).

Ketidakmampuan membaca Al-Qur'an berarti masyarakat kehilangan banyak keutamaan pahala yang disediakan dalam kitab suci ini. Selain itu, mereka juga akan kesulitan memahami petunjuk-petunjuk hidup yang terkandung dalam Al-Qur'an, yang seharusnya menjadi panduan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat berdampak pada menurunnya kualitas kehidupan beragama, baik secara individu maupun sosial.

Kekurangan Guru Ngaji: Tantangan Besar bagi Pendidikan Agama

Kekurangan guru ngaji di banyak wilayah Indonesia, terutama di pedalaman, menjadi salah satu tantangan besar yang harus dihadapi oleh masyarakat Muslim. Tanpa kehadiran guru ngaji yang memadai, anak-anak dan remaja akan tumbuh tanpa mendapatkan bekal pendidikan agama yang layak. Hal ini bisa berakibat pada menurunnya pemahaman dan praktik keagamaan di tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun