Di balik setiap tegukan air bersih yang kita nikmati, terdapat kenyataan pahit bahwa masih banyak masyarakat di berbagai daerah yang kesulitan mendapatkan akses air bersih. Padahal, air bersih bukan hanya soal kebutuhan dasar, melainkan juga pondasi utama untuk kesehatan dan kesejahteraan. Di banyak tempat, akses air bersih masih menjadi tantangan yang serius, terutama di daerah terpencil dan pedesaan.
Air Bersih untuk Kesehatan: Sebuah Keniscayaan
Air bersih sangat berperan dalam menjaga kesehatan tubuh kita. Minum air yang terkontaminasi bisa menyebabkan berbagai penyakit serius seperti diare, kolera, hingga infeksi saluran pencernaan lainnya. Menurut laporan World Health Organization (WHO), lebih dari 2 miliar orang di dunia tidak memiliki akses ke air bersih dan aman. Akibatnya, lebih dari 500 ribu orang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang disebabkan oleh air tercemar. (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/drinking-water)
Di Indonesia, masalah ini juga masih menjadi ancaman bagi masyarakat, terutama di wilayah-wilayah terpencil. Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa diare masih menjadi salah satu penyakit yang banyak menyerang masyarakat, terutama anak-anak di bawah usia lima tahun. Banyak dari kasus ini terjadi di daerah-daerah yang sulit mengakses air bersih. (https://www.kemkes.go.id/id/sanitasi-dan-air-minum-yang-layak-kurangi-resiko-diare-hingga-94)
Fakta Air Bersih di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar menghadapi tantangan serius dalam menyediakan air bersih bagi seluruh warganya. Menurut data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sekitar 35,3 juta penduduk Indonesia masih belum memiliki akses layak terhadap air bersih. Daerah-daerah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan beberapa wilayah di Sulawesi Selatan menjadi contohnya, di mana masyarakat harus berjalan bermil-mil untuk mendapatkan air bersih. (https://indonesia.go.id/kategori/editorial/7544/bersiap-meningkatkan-akses-air-bersih?lang=1)
Di daerah-daerah tersebut, harga air bersih juga menjadi sangat mahal. Di NTT, misalnya, masyarakat harus membayar lebih dari dua kali lipat harga air di kota-kota besar. Sementara di perkotaan, akses air bersih relatif mudah, di pedesaan dan daerah terpencil, akses ini menjadi sebuah kemewahan yang sulit didapatkan.
Dampak Ekonomi dari Kurangnya Air Bersih
Ketiadaan akses air bersih bukan hanya menimbulkan masalah kesehatan, tetapi juga menghambat perkembangan ekonomi masyarakat. Tanpa akses air bersih yang mudah, masyarakat harus menghabiskan waktu dan tenaga untuk mencari air, alih-alih bekerja atau bersekolah. Bahkan, di beberapa tempat, keluarga menghabiskan sebagian besar penghasilannya untuk membeli air bersih.
Studi dari UNICEF mengungkapkan bahwa di banyak negara berkembang, rumah tangga berpenghasilan rendah menghabiskan hingga 20% pendapatan mereka hanya untuk membeli air bersih. Kondisi ini tentu memberatkan ekonomi masyarakat dan menghambat mereka untuk meningkatkan kesejahteraan. (https://2017-2020.usaid.gov/id/indonesia/stories/apr-2018-clean-water-leads-better-lives)