sumber gambar: www.solopos.com
Pemilu Presiden semakin dekat, sebentar lagi masuk masa tenang. Ketika melihat kebelakang, bisa dilihat begitu banyak lika-liku yang terjadi. Saling serang dan saling menyerang salah kubu capres dan cawapres. Dan yang paling banyak mendapat serangan kampanye hitam adalah kubu Jokowi. Majalah Obor Rakyat, dituduh bukan muslim dan keturunan China. Paling terbaru, Jokowi dituduh komunis, senjata yang sering dipakai untuk memicu ketakutan pada era orde Baru. Dan masih banyak lagi isu-isu yang tidak mempunyai data yang valid.
Menu utama kampanye hitam itu, yang banyak dijumpai di media sosial Twitter dan Facebook, dibanjiri mulai isu rasial, agama. Begitu hebatnya kampanye hitam yang menimpa Jokowi, sehingga setiap kampanye Jokowi selalu mengklarifikasi tentang semua isu yang beredar.
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Boni Hargens mengemukakan, sebanyak 25 poin serangan kampanye hitam (black campaigne) yang diterima calon presiden (capres) Joko Widodo selama memasuki masa kampanye presiden. http://jaringnews.com.
Begitulah jika orang sudah dirasuki haus kekuasaan, segala cara digunakan agar dapat meraih simpati masyarakat. Namun, bukannya masyarakat akan simpati, malah masyarakat muak dengan berita-berita yang demikian. Sehingga puncak kemarahan masayarakat terhadap pemberitaan yang tidak mempunyai kebenaran itu. Salah satu stasiun tv, diserang masa, untungnya tidak mengalami korban jiwa. Ini akibatnya jika pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pemberitaan pertelevisian Indonesia. Tidak membuat keputusan tegas.
KPU dan Bawaslu yang adalah komisi yang membidangi masalag pemilu, ternyata tidak bisa berbuat banyak. Sudah banyak laporan, tapi kelihatannya kedua lembaga ini hanya bersikap biasa-biasa saja. Kalaupun ada yang terbukti melakukan kampanye hitam, paling-paling hanya mendapat sanksi administrasi saja. Yang diperlukan bukan sanksi administrasi, tetapi sanksi tegas dan bisa membuat jerah para pelaku. Misalnya memasukan pelaku kampanye hitam ke dalam penjara, setidaknya selama pemilu berlangsung.
Kasihan masyarakat, selalu disuguhkan oleh berbagai berita yang tidak mempunyai pendidikan politik yang baik. Seharusnya para pemimpin harus menyadari bahwa ini bukan hanya masalah tangga 9 Juli saja, melainkan lebih dari itu.
Saat ini masyarakat hanya bisa berharap bahwa pemlihan ini segera berakhir, dan masyarakat mendapat pemimpin yang benar-benar mengerti kebutuhan masyarakat. Bukan pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan para pengusaha. Bijaklah memilih sahabat-sahabatku, masa depan bangsa dan Negara kita lima tahun kedepan tergantung pilihan kita tanggal 9 nanti. Hargai juga saudara-saudara kita yang sedang melaksana ibadah dengan jangan melemparkan isu-isu yang tidak memiliki kebenaran sama sekali.
ORANG YANG MENYEBARKAN KAMPANYE HITAM, ADALAH MEREKA YANG TIDAK MEMPUNYAI HATI NURANI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H