Mohon tunggu...
Rizky Polii
Rizky Polii Mohon Tunggu... Freelancer - writer

menulis, fotografi, sport, musik, wisata

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sepenggal Cerita dari Oecusee Timor Leste

17 November 2019   09:07 Diperbarui: 17 November 2019   22:52 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daniella di Cafe Del Mar. Foto/Rizky Polii

Sabtu, 16 November 2019, saya menginjakkan kaki di Oecusee untuk kedua kalinya. Oecusee adalah sebuah distrik di Timor Leste yang berbatasan dengan Provinsi NTT. 

Ada dua pintu perbatasan yang menghubungkan NTT dengan Oecusee, yaitu PLBN Wini dan PLB Napan. Saya sendiri masuk Oecusee melalui PLBN Wini. 

Untuk mencapai Oecusee dari Jakarta, kita harus terbang ke Kupang. Kemudian disambung jalur darat menuju Kefamenanu. Jaraknya sekitar 5 sampai 6 jam perjalanan. Dengan rute berkelok-kelok. 

Dalam kesempatan kali ini, saya bersama beberapa rekan dari Kemenparekraf singgah di Cafe Del Mar. Tempatnya nyaman. Lokasinya pun oke, berada di dekat Pantai Makassar, Oecusee. Ada tiga bendera besar yang terpasang di cafe itu. Yaitu bendera Portugal, Timor Leste, dan Spanyol. 

Jujur saja saya penasaran dengan dipasangnya tiga bendera itu. Tapi saya tahan dulu. Toh saya baru sampai dan belum bertemu banyak orang. 

Karena hari sudah mulai siang, saya dan rekan-rekan memilih melihat lihat menu. Well, tidak banyak membantu. Justru saya semakin bingung. Karena seluruh menu ditulis dengan bahasa Portugis. Pelayan kafe yang berasal dari Timor Leste pun tidak banyak membantu. Karena ia tidak mengerti isi menu itu jika di Indonesiakan. Dan dia pun tidak. Bisa berbahasa Inggris. 

Kemudian, datang seorang wanita bule cantik yang berbahasa Inggris. Si cantik ini bernama Daniella. Caranya berpakaian sangat santai. Ia memakai kaos tipis dan hot pants. Tak lama hadir pria bule paruh baya dengan pakaian rapi. Berkemeja putih, menggunakan celana jeans, dan bersepatu. Namanya Luis. 

"Saya Daniella, ini suami saya Luis. Tapi dia tidak bisa berbahasa Inggris. Dia hanya berbicara bahasa Spanyol," sapa Daniella ramah dengan senyum menghiasi wajahnya. 

Daniella sendiri berasal dari Portugal. Ini sekaligus menjawab rasa penasaran saya mengenai tiga bendera tadi. Mereka adalah pemilik Cafe Del Mar. 

Daniella dan Luis berada di Timor Leste untuk bekerja. Luis adalah kontraktor yang kerjanya di Dili, ibukota Timor Leste. Sedangkan Daniella memiliki usaha di Oecusee. Namun, kontrak Luis di Dili telah selesai. Ia pun hijrah ke Oecusee. 

"Saya suka di Timor Leste, terutama di Oecusee. Tempatnya sangat tenang. And everyday is summer in Oecusee. Saya belum berpikir kembali ke Portugal, saya senang di sini," terang Daniella, sembari menghidangkan wine. 

Meski sangat senang, Daniella mengaku tidak mudah menjalankan usaha di Oecusee. Ia mencontohkan, jika ingin memborong barang-barang dari Indonesia, ia harus berhadapan dengan petugas perbatasan. Dan barang dagangannya berpotensi tertahan. 

Belum lagi kota Oecusee cukup sepi. Pengunjung ke kafenya pun sangat terbatas. 

Cafe Del Mar miliknya adalah langganan pegawai Kantor Penghubung Indonesia-Timor Leste, juga pekerja atau pegawai BUMN asal Indonesia yang mendapat proyek di Oecusee, juga ekspatriat yang sedang berada di sana. 

Daniella dan Luis memiliki dua Cafe Del Mar di Oecusee. Satu tempat lainnya  berada dibibir Pantai Makassar. Lokasi dua kafe mereka pun tidak jauh. Haya sekitar 100 meter. 

Di tempat kedua ini, konsepnya lebih ke bar. Ada banyak pilihan minuman beralkohol di sana. Lengkap dengan permainan lampu disko. Namun, kafe kedua ini juga memiliki teras buat mereka yang ingin menikmati sunset dan indahnya pantai. 

Daniella dan Luis rupanya sosok yang gemar berusaha. Buktinya, tak jauh dari kafe ada sebuah bangunan kecil dengan tulisan Del Mar Travel. 

"Kita menjalankan travel. Tujuannya ke Indonesia, ke Bali dan Yogyakarta," terang Daniella. 

Ia mengaku sangat terbantu dengan familiarization trip ke Bali dan Yogyakarta yang digelar Kemenparekraf beberapa waktu lalu. 

"Familiarization trip membuat saya bertemu dengan banyak orang dan membantu dalam pembuatan paket perjalanan ke Bali dan Yogyakarta," paparnya. 

Lewat familiarization trip, Daniella juga mendapatkan beberapa trik dalam menjalankan usaha. Namun tetap saja ada beberapa tantangan yang ditemuinya. 

"Saya memasang paket perjalanan, harga dan hotel. Tapi setelah mereka (wisatawan) tahu, mereka pergi sendiri.  Dan saya tidak mendapat apa-apa," terangnya. 

Namun, di akhir tahun nanti Daniella dan Luis sudah mengatur perjalanan untuk beberapa wisatawan yang ingin ke Bali. Tiket pesawat buat para pelanggan pun sudah mereka beli. Dan ini membuat mereka semangat. 

Setelah sekitar 2 jam berbincang dan sharing, saya dan rekan-rekan akhirnya harus kembali ke Indonesia. Karena PLBN Wini ditutup sore hari. Setelah berpamitan dengan Daniella dan Luis, saya pun kembali ke Tanah Air. Sampai jumpa Daniella, sampai jumpa Luis, sukses buat usahanya. Sampai bertemu lagi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun