Apa itu tradisi Blangikhan?
Blangikhan atau bulangir merupakan upacara tradisi masyarakat Lampung yang menjadi sebuah simbol penyucian hati menjelang kedatangan bulan suci Ramadan, upacara ini mengandung doa berupa kelancaran dalam melaksanakan ibadah puasa tanpa ada halangan. Dilihat dari kata "upacara" yang memiliki makna "perayaan peristiwa penting" dalam konteks tuturan di atas, sebuah tradisi Upacara Blangikhan, dilakukan dengan menyucikan diri dengan cara mandi bersama di sungai tepat sebelum Ramadhan, bulan suci bagi umat Islam. Tradisi ini dilakukan secara turun temurun, dilestarikan kepada leluhur, dan diwariskan banyak nilai moral yang berharga bagi warga Lampung.
Secara etimologi kata Blangikhan berasal dari bahasa Lampung yang memiliki arti "mandi bersama". secara harfiah, Blangikhan memiliki makna filosofis yaitu, mandi bersama guna menyucikan diri dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan. Tradisi Blangikhan memiliki makna sebagai upaya membersihkan diri dalam menyambut bulan suci Ramadan, Blangikhan juga memiliki makna lain yaitu, diyakini menjauhkan hati dan jasmani dari rasa benci, dendam, sombong, dan dengki. Tujuannya, agar ketika menjalankan ibadah puasa lebih khidmat atau khusyuk. Selain itu, tradisi Blangikhan juga digelar sebagai rasa syukur masyarakat Lampung menyongsong dan memaknai bulan suci di tiap tahun. Blangikhan sebagai bentuk upaya pelestarian, sekaligus melindungi budaya daerah Sai Bumi Ruwa Jurai (julukan Provinsi Lampung) dari ketergerusan seiring pergeseran dan perubahan zaman.
Berdasarkan wawancara pada masyarakat, blangikhan adalah membersihkan diri, hati, dan pikiran dalam menyongsong atau menyambut bulan Ramadhan. Membersihkan diri dan pikiran supaya kita fokus dalam pelaksanaan puasa, membersihkan hati supaya tidak mudah emosi atau emosi dapat terkontrol. Jadi, mandi bersama dengan air yang sudah dibacakan matra atau doa-doa. Di dalam pelaksaannya juga terdapat urutan atau ketentuannya. Pada saat ini karena untuk mempromosikan budaya, menggali dan melestarikan yang sudah ada maka dipadukan antara islam, seni, budaya, dan tradisi. Contohnya ada pengajian Al-qur'an, doa, ceramah, hadroh/marawis/qosidah, tarian, arak-arakan, sastra lisan, dan bubandung. Blangikhan juga dapat dimasukkan ke dalam festival budaya karena sudah dikombinasi dari beberapa unsur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H