Mohon tunggu...
Rizky Amalia
Rizky Amalia Mohon Tunggu... -

"Let's face it, a nice creamy chocolate cake does a lot for a lot of people; it does for me." - Audrey Hepburn

Selanjutnya

Tutup

Politik

Obor Rakyat Media Fitnah

25 Juni 2014   00:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:12 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa pekan yang lalu di Kabupaten Tuban tiba-tiba muncul sebuah tabloid bernama Obor Rakyat berisi kampanye hitam terhadap capres PDIP, yaitu Joko Widodo, dengan total 5000 eksemplar yang disebar di 100 pesantren. Karena merasa namanya dicemarkan dalam salah satu konten di tabloid tersebut, yang mengatakan bahwa Jokowi adalah seorang non-Muslim keturunan Tionghoa, pihak Jokowi kemudian melaporkan tabloid tersebut kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk memeriksa tabloid tersebut. Menanggapi laporan dari Jokowi tersebut, Bawaslu kemudian mencari alamat dan berencana untuk memanggil Pemimpin Redaksi (Pemred) Obor Rakyat Setyardi Budiono untuk diklarifikasi mengenai tabloid tersebut, namun Bawaslu mengalami kesulitan untuk memanggilnya karena alamat yang diberikan di tabloid tersebut merupakan alamat palsu.

Munculnya nama Setyardi sebagai dalang dari Tabloid Obor Rakyat tersebut ternyata berawal dari pernyataan Gun Gun Heryanto, dosen komunikasi politik UIN Syarif Hidayatullah, yang menyampaikan kekecewaannya terhadap Darmawan Sepriyossa, seorang kolomnis diinilah.com. Gun merasa dibohongi oleh Darmawan yang meminta ia menuliskan opini berisi analisis terhadap PDIP dengan alasan ingin membuat tabloid baru. Namun Gun kaget melihat tulisannya muncul di Obor Rakyat, padahal dalam tulisannya tersebut ia sama sekali tidak mengkritik PDIP maupun Jokowi, karena itulah Gun kemudian membuka kedok Darmawan sebagai dalang dibalik Tabloid Obor Rakyat.

Darmawan yang tampaknya tidak ingin menanggung beban sendiri, kemudian menyebutkan nama Setyardi dalam tulisannya di inilah.comyang berjudul Tentang Obor Rakyat dan Saya. Dalam tulisan tersebut ia mengaku mendapat telepon dari Setyardi setelah PDIP menjadi pemenang pemilu. Saat itu Setyardi mengatakan bahwa ia sedang mencoba untuk membuat tabloid politik dan meminta tolong kepada Darmawan untuk mencarikan pengamat politik yang bisa menuliskan artikel tentang kekuatan PDIP yang baru saja memenangkan pemilu, maka Darmawan langsung meminta tolong kepada Gun, seperti yang telah dijelaskan di atas.

Setelah meminta tolong hal tersebut, Darmawan kemudian melakukan perbincangan lanjutan dengan Setyardi yang berujung pada kritikan terhadap media massa dan Jokowi yang dianggap haus kekuasaan karena melepas jabatan Gubernurnya untuk menjadi capres, maka dari sinilah mereka memunculkan tabloid Obor Rakyat sebagai kritikan terhadap dua hal itu. Dalam tulisannya di inilah.com, Darmawan juga menyebutkan bahwa Setyardi tidak mengkhawatirkan bahan untuk dimuat di tabloid karena banyak opini yang kritis di berbagai media sosial untuk dijadikan bahan, sehingga membuat Dewan Pers angkat bicara dalam kasus ini.

Menurut Dewan Pers, tabloid tersebut tidak layak untuk dikatakan sebagai suatu karya Jurnalistik karena tidak faktual (kumpulan opini dan pendapat subjektif yang mengarah ke fitnah), dan bisa menimbulkan isu SARA. Ketua Dewan Pers, Bagir Manan, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan investigasi untuk kasus pemberitaan Obor Rakyat tersebut, dan juga untuk mengetahui pelanggaran etika jurnalistik oleh tabloid ini.

Setelah investigasi yang dilakukan oleh Dewan Pers tersebut, barulah pihak Jokowi melaporkan Obor Rakyat kepada kepolisian, karena telah jelas bahwa Obor Rakyat bukan produk jurnalistik dan berisi fitnah. Namun pada panggilan pertama Setyardi tidak dapat hadirdengan alasan bahwa ia baru saja pulang cuti, sehingga pemeriksaan ditunda. Tetapi akhirnya pada panggilan kedua Setyardi muncul di Bareskrim Polri untuk menjalani pemeriksaan, ia datang dengan baju bermotif kotak-kotak seperti yang sering dipakai oleh Jokowi. Kepada petugas, Setyardi mengaku menerbitkan tabloid Obor Rakyat karena rasa kecewa kepada Jokowi (seperti yang ditulis oleh Darmawan) yang tidak menuntaskan tugasnya sebagai Gubernur selama lima tahun, dan lebih memilih untuk menjalankan mandat sebagai capres.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun