Mohon tunggu...
Rizky Maulida
Rizky Maulida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

just be yourself! cause you are amazing just the way you are! love yourself.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekonomi Politik Internasional dan Merkantilisme

8 Maret 2024   02:16 Diperbarui: 8 Maret 2024   02:22 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ekonomi Politik Internasional

Ekonomi politik internasional (EPI) merupakan disiplin ilmu yang menyelidiki keterkaitan erat antara faktor ekonomi dan politik dalam konteks hubungan antarbangsa. Melalui studi EPI, kita dapat memahami bagaimana kebijakan ekonomi suatu negara saling mempengaruhi dengan negara-negara lainnya, membentuk dinamika kompleks dalam ekonomi global. Artikel ini akan menjelaskan konsep EPI, faktor-faktor kunci yang memengaruhi, serta implikasi perannya dalam bentuk globalisasi ekonomi. Konsep dasar Ekonomi Politik Internasional, EPI melibatkan analisis interaksi antara kebijakan ekonomi dan faktor-faktor politik di tingkat nasional dan internasional. Fokus utama EPI adalah melihat bagaimana keputusan ekonomi suatu negara dapat memengaruhi negara-negara lain dan sebaliknya. Dalam konteks ini, masalah perdagangan internasional, investasi asing, serta hubungan keuangan dan mata uang menjadi bagian integral dalam pembahasan EPI.

Adapun faktor-faktor kunci dalam Ekonomi Politik Internasional, yaitu, (1) Kebijakan Perdagangan. Keputusan mengenai tarif, kuota, dan perjanjian perdagangan bebas memiliki dampak langsung terhadap hubungan ekonomi antarnegara. Contohnya, perjanjian perdagangan regional seperti Uni Eropa atau Kesepakatan Trans-Pasifik (TPP) memainkan peran krusial dalam membentuk iklim perdagangan global. (2) Investasi Asing Langsung (FDI). Penanaman modal dari suatu negara ke negara lain dapat dipengaruhi oleh peraturan pemerintah, stabilitas politik, dan kondisi ekonomi. Kebijakan FDI memainkan peran besar dalam menarik investasi dan teknologi dari negara asing. (3) Kebijakan Moneter dan Mata Uang. Nilai tukar mata uang, kebijakan suku bunga, dan langkah-langkah kebijakan moneter lainnya dapat menciptakan ketidakstabilan atau stabilitas ekonomi global. Keputusan bank sentral suatu negara memiliki dampak signifikan pada pasar keuangan internasional. (4) Globalisasi dan Organisasi Internasional. Organisasi seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memainkan peran penting dalam mengatur hubungan ekonomi internasional. Mereka menetapkan standar dan aturan yang memengaruhi kebijakan ekonomi suatu negara.

Merkantilisme

Merkantilisme adalah sebuah doktrin ekonomi yang muncul pada abad ke-16 hingga ke-18 di Eropa. Doktrin ini memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan kebijakan ekonomi negara-negara Eropa pada masa itu. Melalui artikel ini, kita akan menjelajahi konsep, sejarah, serta implikasi merkantilisme dalam perkembangan ekonomi global. Dalam konsep merkantilisme ini sendiri, pada dasarnya, merkantilisme adalah suatu sistem ekonomi yang menekankan pada akumulasi kekayaan negara melalui ekspor barang dagangan lebih banyak daripada impor. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan cadangan emas dan perak suatu negara, yang dianggap sebagai kekayaan sejati pada masa itu. Merkantilisme percaya bahwa kekayaan suatu negara terukur dari jumlah logam mulia yang dimilikinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, merkantilisme menganjurkan proteksionisme, yaitu kebijakan pengenaan tarif impor tinggi untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan asing. Selain itu, merkantilisme juga mendukung kolonialisme sebagai cara untuk memperoleh sumber daya alam yang diperlukan dan sebagai pasar bagi produk-produk manufaktur negara induk.

Mengenai sejarah munculnya merkantilisme ini, awal mula kemunculan merkantilisme terjadi pada periode Renaisans dan mencapai puncaknya pada abad ke-17 dan ke-18. Negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, Spanyol, dan Belanda mengadopsi prinsip-prinsip merkantilisme dalam kebijakan ekonomi mereka. Sistem ini memainkan peran penting dalam pembentukan politik luar negeri dan perang di antara negara-negara Eropa pada masa itu. Salah satu contoh nyata penerapan merkantilisme adalah monopoli perdagangan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan dagang seperti Perusahaan Hindia Timur Britania dan Perusahaan Hindia Timur Belanda untuk menguasai perdagangan di wilayah-wilayah jajahan mereka.

Pada implikasi merkantilisme ini disebutkan bahwa meskipun merkantilisme berhasil meningkatkan kekayaan negara-negara Eropa pada masanya, sistem ini juga memiliki dampak negatif. Proteksionisme dan monopoli perdagangan menghambat pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah lain yang tidak tercakup dalam sistem tersebut. Selain itu, penekanan pada cadangan emas dan perak mengabaikan pentingnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pada akhirnya, merkantilisme mulai ditinggalkan pada abad ke-18 dengan munculnya pemikiran ekonomi baru seperti liberalisme ekonomi, yang menekankan pada perdagangan bebas dan persaingan pasar yang tidak terbatas. Meskipun demikian, konsep-konsep merkantilisme masih memiliki pengaruh dalam pembentukan kebijakan ekonomi saat ini, terutama dalam konteks proteksionisme dan perdebatan tentang perdagangan internasional.

Pemberian Monopoli Perdagangan Pala di Maluku

Salah satu contoh studi kasus terkait merkantilisme dalam ekonomi politik internasional yaitu, pemberian monopoli dalam perdagangan pala di Maluku. Pemberian monopoli perdagangan pala di Maluku pada abad ke-17 merupakan salah satu kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk mengendalikan dan mengoptimalkan perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut. Studi kasus ini mencerminkan prinsip-prinsip merkantilisme yang menjadi landasan bagi kebijakan ekonomi kolonial pada masa itu. Pada abad ke-17, Maluku atau Kepulauan Banda di Indonesia dikenal sebagai sumber utama pala, rempah-rempah yang sangat berharga pada masa tersebut. Karena keberhargaan pala, banyak negara Eropa bersaing untuk mengendalikan perdagangan rempah-rempah di wilayah ini.

Prinsip utama merkantilisme adalah menciptakan surplus perdagangan untuk meningkatkan kekayaan nasional. Dalam konteks perdagangan pala, pemberian monopoli merupakan upaya untuk mengumpulkan sebanyak mungkin pala dan mendominasi perdagangan rempah-rempah, sehingga keuntungan ekonomi dapat mengalir ke negara pemberi monopoli, yaitu Belanda. Pemerintah kolonial Belanda pada saat itu memberikan hak monopoli perdagangan pala kepada pihak tertentu, yang sering kali merupakan perusahaan dagang Belanda atau VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). Hal ini berarti hanya pihak tersebut yang diizinkan untuk mengimpor, mengekspor, dan berdagang pala di wilayah tersebut.

Melalui monopoli, pemerintah kolonial dapat mengendalikan seluruh rantai produksi dan distribusi pala, mulai dari pengumpulan, pengolahan, hingga pemasaran. Hal ini memberikan kontrol penuh terhadap sumber daya alam yang berharga dan memastikan bahwa keuntungan ekonomi dari perdagangan pala mengalir ke Belanda. Pemberian monopoli ini seringkali merugikan masyarakat lokal, karena mereka terbatas dalam partisipasi dalam perdagangan pala dan keuntungan ekonominya. Sistem ini juga bisa memicu ketidakpuasan di kalangan masyarakat lokal, yang mungkin menghadapi penindasan dan eksploitasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun