Mohon tunggu...
Rizky Maulana Fataah
Rizky Maulana Fataah Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Mahasiswa Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Singkat Awololong (Pulau Siput)

18 Oktober 2021   15:14 Diperbarui: 18 Oktober 2021   15:59 1355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak atas Pulau Siput Lewoleba, Lembata

Awololong adalah sebuah pulau indah berpasir putih di teluk Lewoleba, Kabupaten Lembata, NTT. Tidak ada tumbuhan yang hidup di pulau ini, hanya bentangan pasir panjang dan luas; habitat bagi siput dan kerang. Keunikan lain pulau ini yaitu, hanya muncul ketika pasang surut. Sering dijadikan tempat beristirahat para nelayan atau lokasi bermain orang Lewoleba sambil mencari kerang. Lokasinya kini telah banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Menurut cerita yang beredar, Awololong dulunya adalah sebuah kampung yang seluruh penduduknya berasal dari Watubelen Parakona dan dipimpin oleh raja Laba Hadung.

Di sebuah malam warganya mengadakan hiburan dengan bermain 'Tandak', sambil beberapa ibu yang menonton membuat api unggun untuk menghangatkan badan. Ditengah keseruan, muncul seekor anjing berdiri agak menghalangi ibu-ibu yang tengah menonton. Seorang ibu pun berkata "Daripada berdiri di depan menghalangi pandangan kami, lebih baik engkau masuk dalam lingkaran dan ikut bertandak."

Mendengar ucapan ibu itu, anjing tersebut menghilang pergi dan muncul kembali dengan kepala yang sudah terikat daun Lontar lantas masuk ke dalam lingkaran ikut bermain Tandak. Dalam permainan Tandak, si anjing mengeluarkan sebuah pantun, "No pito no pito tahik gere, no pito blebo lebo no pito" yang artinya tujuh hari lagi, tujuh hari lagi air laut naik, tujuh hari lagi air laut dan akan menenggelamkan semua.

Pantun anjing tersebut terbukti benar. Di hari ketujuh setelah malam itu, terjadi pasang air laut dahsyat dan menenggelamkan semua bangunan berikut harta benda warga Awololong. Awololong pun berubah menjadi lautan. Sejak itu orang Lewoleba mempercayai bahwa Anjing adalah hewan yang pantang dipermainkan.

Raja Laba Hadung beserta warganya mengungsi kearah selatan Awololong. Di Eberbelboto, (antara Wangatoa dan Lamahora) Laba Hadung tinggal dan menanam beberapa jenis tanaman. Dari situ, ia dan warganya kemudian hidup berpindah-pindah sambil berusaha menanam kelapa di Manukawa, dan pinang di Bluwa. Ia kemudian kembali ke Elberbuto dengan kegiatan berburunya yang diikuti oleh warganya.

Dinyatakan dalam sejarah atau tanah yang sekarang disebut tanah Lewoleba adalah tanah milik dari Laba Hadung yang diwariskan kepada anak cucunya hingga saat ini.

Sumber: https://ilowutung.blogspot.com/2019/02/kisah-laba-hadung-dan-awololong.html?m=1

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun