Mohon tunggu...
Rizky Kertanegara
Rizky Kertanegara Mohon Tunggu... profesional -

Dosen Ilmu Komunikasi, Pemerhati Aviasi, Pemerhati Teknologi, Pemerhati PSSI :)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Selesaikan Masalah Liga dengan Jujur dan Profesional

18 Desember 2011   12:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:06 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Jujur dan Profesional. Dua kata itu yang harus dikedepankan oleh pengurus PSSI saat ini dan seterusnya meskipun mereka bernaung di bawah bendera kepentingan politik apapun itu. Jika PSSI benar-benar melaksanakan tata aturan kompetisi yang sudah ada niscaya klub-klub anggota PSSI akan memberikan garansi kepercayaan bahkan juga masyarakat sepakbola Indonesia. Berikut saya berikan gambaran hasil kompetisi Liga Super Indonesia 2010-2011: 1. Persipura 2. Arema 3. Persija 4. Semen Padang 5. Sriwijaya FC 6. Persisam 7. Persib 8. Persiwa 9. Persela 10. Persiba 11. PSPS 12. Pelita Jaya 13. Deltras 14. Persijap 15. Bontang FC Musim kompetisi yang benar-benar penuh cerita, selain Persipura mempertahankan gelar juara dan Bontang FC yang terdegradasi ke divisi utama, tiga klub mengundurkan diri di tengah kompetisi dan bergabung dengan Liga Primer Indonesia (LPI) yang digagas oleh Arifin Panigoro. Ketiga klub tersebut adalah PSM, Persibo, dan Persema. Konsekuensinya jelas, atas alasan apapun, mereka didegradasi ke divisi utama. Adapun 4 klub divisi utama meraih tiket promosi masing-masing yakni, 15. Persiba Bantul (juara) 16. Persiraja (runner-up) 17. Mitra Kukar (3rd) 18. Persidafon (4th) Sudah cukup jelas bukan? PSSI kepengurusan yang baru tinggal melanjutkan hasil kompetisi yang telah dilaksanakan oleh PT. Liga Indonesia betapapun buruknya kualitas pertandingan termasuk ketika mereka ingin mencoba mengelola kompetisi dengan PT yang baru. Masalahnya adalah PSSI dengan sembrono dan alasan yang tidak jelas mengubah kompetisi menjadi 24 tim dengan menyertakan Bontang FC (degradasi divisi utama), PSMS (divisi utama), PSM Persema dan Persiba (terhukum degradasi divisi utama), serta Persebaya 1927 (LPI). Saya teringat kasus yang pernah terjadi di liga italia dimana FIGC mendapatkan tuntutan dari klub tentang pendapatan hak siar yang lebih merata. Setelah mencapai mufakat, akhirnya FIGC mengubah kasta tertinggi serie A menjadi 20 klub (penambahan dua klub) namun penambahan berasal dari serie B. Bukan membatalkan hasil akhir kompetisi serie A. Selain itu, PSSI menambah masalah dengan mengakui eks klub LPI Jakarta 1928 FC pimpinan Hadi Basalamah sebagai Persija. Bayangkan, bagaimana mungkin Persija yang musim lalu berisi 25 pemain yang diantaranya adalah Bambang Pamungkas, Ismet Sofyan, Leo Saputra, dkk tiba-tiba lenyap? Direktur Alih Status dan Transfer PSSI yang sekarang dipegang ARYA ABHISEKA harus dapat menjelaskan mereka ditransfer kemana? Lalu pemain-pemain yang sekarang membela 'Persija' ditransfer dari klub mana? Kebayang bagaimana rumitnya pc game manager seperti Football Manager maupun FIFA Manager mengupdate histori transfer dari klub Persija ini. Akibatnya jelas, klub-klub tidak ingin berlaga di kompetisi LPI yang terdiri dari 24 klub. Masalah yang sangat mungkin terjadi adalah fisik pemain dan biaya melonjak, selain masalah dualisme Persija tadi. Mereka akhirnya mengusung kompetisi sendiri di bawah PT. Liga Indonesia dengan nama yang sama LSI. Namun, saya sangat menghargai ada beberapa klub LSI musim lalu dan tim promosi yang tetap bersedia bermain di LPI, yakni Semen Padang, Arema, Persijap, Persiba, dan Persiraja. Hasilnya pun jelas, LPI 2011-2012 yang sedianya diikuti 24 klub menjadi hanya diikuti 12 klub (5 klub LSI dan 7 klub "sponsor"). Adapun LSI 2011-2012 tetap diikuti 18 klub, yakni 14 klub LSI dan 4 klub peserta 8 besar divisi utama  (Persiram, Gresik United, PSAP, dan PSMS). Kembali ke dua solusi yang pertama kali saya sebutkan. Jawaban dari semua kisruh kompetisi hanya dua, Jujur dan Profesional. Coba PSSI menjawab secara jujur, pantaskah 7 klub tiba-tiba ada di pentas divisi utama?, pantaskah mengakui Persija versi Hadi Basalamah dan menyingkirkan Bambang Pamungkas dkk.?, pantaskah mengakui persebaya 1927 yang bukan anggota PSSI?, pantaskah membentuk PSMS 'tandingan' hanya untuk menyingkirkan rasa malu karena PSMS yang asli malah memilih LSI?. Mengikuti aturan yang berlaku, maka kembalikan PSM, Persibo, dan Persema ke divisi utama, bubarkan PSMS 'tandingan' dan Persija 'palsu', dan selesaikan konflik Persebaya diantara Wisnu Wardhana dan Saleh Mukadar. LSI juga bukan tanpa masalah, dengan motivasi yang sama dilakukan terhadap Persija, mereka mengakui Arema 'lain'. Untuk itu, bubarkan Arema versi LSI ini. Kapan ini bisa berjalan? demi pemain yang telah BERKORBAN BANYAK maka setelah masing-masing kompetisi baik LSI maupun LPI berakhir. Dan, demi keadilan bersama, klub-klub digabungkan kembali dalam satu wadah kompetisi kasta tertinggi PSSI. Jika digabung maka kompetisi ini terdiri dari 23 klub (minus 7 klub 'sponsor') Masalah profesionalitas kemudian menjadi jawaban selanjutnya. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah memiliki PT, memiliki biaya yang tidak mengandung APBD, memiliki stadion yang layak pakai, afiliasi suporter, dan fasilitas pembinaan usia muda. Jika klub tidak sanggup memenuhi hal tersebut, maka mereka harus rela terdegradasi otomotis. Maka dari 23 klub ini harusnya kembali ke komposisi idealnya yakni 18 klub. Lima klub yang tidak terpilih selayaknya merelakan diri berlaga di divisi utama. Bagaimana kalau ternyata lebih dari lima? Justru lebih baik, kompetisi tertinggi sebaiknya memang diikuti oleh klub-klub profesional. Bayangkan jika, liga kita enak ditonton karena kualitas rumputnya baik, kapasitas stadionnya besar dan layak disiarkan di televisi beserta antusiasme para suporternya, para pemain bertanding dengan sportifitas, serta perangkat pertandingan yang menjunjung fairplay. Alangkah Indahnya..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun