Hati yang ikhlas dan tulus adalah kunci untuk menjadi pemimpin yang melayani di tengah keberagaman di Indonesia. Seseorang tidak akan mengharapkan timbal balik dari kegiatan yang ia lakukan, ataupun setelah ia menolong orang, bawahannya. Seorang pemimpin yang tulus ikhlas akan memperjuangkan agar orang yang dipimpin, bawahan, rakyat, pasukannya untuk menjadi lebih hebat daripada dirinya. Dia tidak akan iri hati, membenci apalagi menghambat orang yang dipimpin untuk dapat lebih maju.
Kedua, pemimpin harus memiliki intelektual, dan membawa perubahan.
Intelektual memang bukan hal utama yang harus dimiliki seorang pemimpin, namun seorang pemimpin yang berada di tengah kemajemukan orang-orang Indonesia, tentu harus memiliki intelektual yang cukup. Seorang pemimpin yang tidak memiliki intelektual tentu akan bingung memimpin, dan memberikan pemecahan masalah bagi orang yang dipimpinnya.Â
Pemimpin yang berintelek juga harus memiliki visi dan misi yang jelas mau dibawa kemana orang yang dipimpinnya. Visi-misi tersebut haruslah membawa perubahan yang positif, dan pesat bagi orang yang dipimpinnya. Pemimpin haruslah memiliki rancangan untuk memberikan perubahan yang adil dikarenakan kemajemukan tadi, jangan hanya memiliki visi dan misi yang hanya berfokus pada suatu daerah tertentu, namun harus merata bagi setiap pihak, setiap profesi, dan setiap bidang, baik di bidang politik, hukum, kesehatan, teknologi, ekonomi, sosial, pendidikan dan budaya, bidang lingkungan, pertanian, kelautan dan perikanan, serta pembanguan daerah tertinggal dan transportasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H