Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pemuda yang Beruntung

6 Januari 2021   11:19 Diperbarui: 6 Januari 2021   11:31 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami mendengarkan dengan saksama, takzim. Bahkan mahasiswi perempuan tampak sedang mencatat omongan dari Pak Aziz.

"Namun, di balik itu semua, apakah kalian tahu siapa orang yang paling beruntung di dunia ini? Itulah kalian-kalian yang duduk di kelas ini. Telah mengalahkan ribuan pemuda lain yang berharap mengubah status menjadi mahasiswa. Entah kalian semua berasal dari latar belakang apa, kalian pemuda-pemuda yang akan meneruskan perjuangan untuk mengubah negeri ini menjadi lebih baik.

"Di tingkat ini, tidak ada lagi berleha-leha untuk dicekoki pelajaran. Kalian bukan anak sekolah lagi, kalian bukan anak kecil lagi. Kalianlah yang harus menjemput ilmu itu. Manfaatkan waktu sebaik mungkin, baca buku sebanyak-banyaknya. Di saat kalian mulai bermalas-malasan, ribuan mahasiswa lain di luar sana telah mengayuh roda keilmuannya. Kalian akan tertinggal dan butuh effort yang keras untuk mengejarnya." Pak Aziz menutup kalimatnya.

Pak Aziz memandang setiap mahasiswa lekat-lekat. Dia ingin menularkan semangat kepada seluruh mahasiswanya. Sementara kami semua tercengang. Kami baru sadar bahwa kami yang duduk di sini adalah orang yang beruntung, yang telah menjadi orang pilihan untuk belajar di tingkat yang paling tinggi.

"Ilmu tidak akan pernah habis dan ilmu juga yang akan kalian bawa untuk menghadapi kerasnya dunia di luar sana bukan materi atau kekayaan. Dengan ilmu kalian tidak akan mudah ditipu," Pak Aziz sejenak terdiam, "sampai jumpa pada mata kuliah saya minggu depan."

Pak Aziz melangkah keluar. Seisi kelas memberikan gemuruh tepuk tangan. Ada yang bersorak saking takjubnya dengan setiap jengkal kalimat yang diucapkan Pak Aziz. Aku kagum dengan cara bertutur Pak Aziz. Setiap kata yang dikeluarkannya menempel di pikiran. Mulai sekarang, kami semua siap untuk menyelam di lautan keilmuan dan kami bersiap untuk menjadi penerus negeri agar lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun