Mohon tunggu...
Rizky Febrinna
Rizky Febrinna Mohon Tunggu... profesional -

my life is my mom :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maafkan...

21 Juli 2012   04:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Gin, loe kenapa?” Aku heran sekali, biasanya pagi-pagi begini dia yang duluan menyapa aku dengan suaranya yang khas, serak-serak basah. Tetapi setelah aku sapa, malah diam saja dan pergi begitu saja tanpa perduli dengan sahabatnya ini.

“Gin, loe kenapa sich? Heran, kalo ada masalah mbok ya cerita ma aku. Biasanya juga gak seperti ini.” Aku jadi kesal dibuatnya. Siapa yang tidak kesal bila dicuekin seperti ini.

“Udahlah Ky, elo masih mau negur gw apa? Udah jangan ganggu gw lagi.” Ujarnya ketus tanpa melihat mataku. Karena biasanya setiap bicara pasti dia melihat mataku. Sepertinya aku sudah melakukan kesalahan, tapi apa?

“Gin, emang gw salah apa sich, hingga loe memperlakukan gw kaya gini? Jujur aja, gw gak ngerti apa maksud loe. Apa loe dah gak nganggap gw sebagai sahabat loe lagi? Apa semuanya harus dilupain gitu aja?!” Aku terbawa emosi juga akhirnya.Padahal hari masih begitu pagi. Emang dia kira dia siapa?

Deg! Ya ampun! Aku gak mau kehilangan Gina. Udah hampir 3 tahun kami bersahabat. Apa karena wajahnya yang nyebelin pagi ini harus aku masukin ke hati? Tidak! Aku harus tahu masalahnya, harus!

“Teng! Teng! Teng!”

Yachh. . . lonceng udah bunyi. Apa boleh buat, terpaksa harus nunggu jam istirahat.

Xxx

“Gin, apapun masalahnya, tapi please jangan perlakukan gw kaya gini.” Aku harap wajahnya masih bisa lembut meskipun dari pagi sampai sekarang masih belum berubah juga alias manyun abiezz!!

“Gin. . .” Aku mohon sekali lagi.

“Baiklah, aku juga tidak ingin masalah ini makin panjang. Karena aku juga udah gak tahan nyimpan ini sendiri.” Akhirnya Gina mau ngomong juga.

Tiba-tiba aku merasakan hal yang aneh. Oh God! Moga aja ini gak ada hubungannya dengan Andra.

“Kenapa loe bohong selama ni ma gw? Kenapa? Salah gw apa Ky? Bilang Ky!!” Aku melihat matanya mulai berkaca-kaca.

“Gin, ada apa, ayo ikut gw!” Aku menarik tangannya dan membawanya ke markas kami. Markas yang selama hampir 3 tahun ini menjadi tempat bagi kami, baik lagi sedih, senang atau apapun yang akan terjadi pasti akan terjadi di sini

“Dan sekarang loe bisa jelasin semuanya ke gw.” Aku membawanya ke sini supaya tidak terjadi keributan di kantin.

“Tolong jelasin di mana letak kebohongan gw selama ini, di mana??” Hampir-hampir aku berteriak.

Terkesiap aku, Ya Tuhan, , , selama 3 tahun ini dia menderita penyakit yang mematikan, dia tidak boleh shock dan stress, apalagi mendengar suara-suara yang terlalu keras buatnya.

“Maafin gw, maksud gw. . .Gw gak tau kebohongan kaya apa yang loe maksudkan.” Aku berusaha untuk lebih tenang.

“Gw benar-benar gak ngerti Gin. . .” Aku memohon sekali lagi padanya. Aku tahu bahwa hanya lebih kurang 7 bulan lagi dia bisa bertahan. Bertahan melawan penyakit yang selama ini dideritanya. Penyakit yang memaksanya untuk mencuci darahnya setiap dua minggu sekali.

“Ky, gw sayang banget ma loe, loe adalah satu-satunya sahabat terbaik gw, dan selama ini kita gak pernah punya rahasiakan? Selama ini kita udah saling curhat kan? Lalu kenapa sekarang loe nikam gw dari belakang? Kenapa??”

Gina mulai emosi. Dan seperti biasa, tidak pernah kami bertengkar tanpa menghasilkan sebuah tangisan buatnya. Sungguh aku merasa tersiksa melihatnya seperti itu. Aku tidak tahan.

“Gin, apa maksud loe? Menikam loe dari belakang?!”

Aku memang tidak mengerti apa yang Gina maksudkan. Jangan-jangan. . .

Oh Tuhan, jangan sampai apa yang aku takutkan selama ini akan terjadi. Hubungan yang selama ini ku sembunyikan. . .

“Apa loe benar-benar mencintai Andra?”

Deg! Ya Tuhan, tidak salah dugaanku. Ternyata Gina sudah tau semuanya. Please. . . What should I do? Apa aku harus terus terang kalau selama ini Andra hanya berpura-pura mencintai dia, apa aku harus bilang kalau selama ini Andra hanya mengikuti kemauanku agar mau mencitai Gina. Sungguh aku tidak rela. Tetapi aku tidak pernah membayangkan jika Gina akan mengetahui hal ini.

“Tolong jawab pertanyaan gw, Ky!” Gina menatapku dalam. Mata bulatnya yang indah telah berubah menjadi pandangan yang penuh amarah dan benci. Mata itu seakan-akan ingin menelanku bulat-bulat. Dan aku ibarat kelinci yang menemui jalan buntu ketika harimau akan menerkamku.

“Teng, , ,teng , , , teng , , ,!” Bunyi bel pertanda istirahat sudah selesai.

“Ingat Ky. . .masalah ini belum selesai.”

Gina pergi meninggalkan aku sambil berlari mengelap air matanya. Aku bingung. Pikiranku benar-benar kalut. Ingin sekali menemui Andra sekarang. Seandainya Andra tahu kejadian ini, mungkin hanya akan menambah amarahnya padaku. Aku ngerti, siapapun akan merasa sakit jika cinta tulusnya harus dikorbankan demi persahabatan yang tak tau entah kapan akan berakhirnya.

Tiga tahun sudah berlalu dengan kesedihan yang tersimpan rapat di hatiku. Selama ini mereka tidak pernah tahu bahwa aku juga menderita. Dan tidak ada orang yang tahu bahwa aku juga sangat mencintainya. Ya, , , aku sangat mencintainya.

Xxx

Tiba-tiba wajah Gina memucat dan brukk!!

“Gin!! Gin, loe gak apa-apa kan? Gin, bangun. . .”

Ya Tuhan, , , jangan ambil dia sekarang. Apalagi masih banyak masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini. Gin. . . loe harus bertahan.

Akhirnya hari itu juga Gina dibawa pulang ke rumah. Tentu saja aku ikut bersamanya.

Xxx

“Tante, tante jangan khawatir. Gina pasti bisa bertahan, dia gadis yang kuat tante.” Aku berusaha menghibur orang yang telah lama terkuras air matanya karena penyakit yang diderita oleh putri kesayangannnya itu.

“Ky, tante tidak mau kehilangan anak tante satu-satunya. Hanya dia satu-satunya harapan tante. Tetapi jika ini sudah saatnya, tante pasrah Ky. . .”

Air mata wanita malang ini semakin terkuras dan membengkak. Dan aku bukanlah termasuk orang yang kuat untuk menahan sebuah tangisan. Aku manangis. Aku benar-benar tidak sanggup melihat penderitaan Gina. Tubuh itu semakin terlihat mengurus, wajah yang memucat dan mata yang tertutup.

“Gin, bangun, , , ,”Aku memohon dalam hati.

Akhirnya setelah 30 menit kami menunggu, Gina sadar juga.

“Mama. . . .” Suara Gina hampir tak terdengar olehku.

“Tante, Gina sudah sadar!” Aku membangunkan tante Widya yang sudah tertidur sekian lama.

“Gina sayang. . . . syukurlah kamu sudah siuman.” Wanita itu begitu senang sekali. Tanpa disangka-sangka Gina berteriak mengusirku.

“Pergi! Gw gak mau loe ada di sini. Loe bukan sahabat gw lagi, pergi!!”

“Gina. . . kamu kenapa sayang?” Tante Widya heran melihat sikap anaknya.

“Ma, , ,tolong usir dia sekarang juga. . . Gina mohon.”

“Baiklah Gin, jika loe mau gw pergi, gw akan pergi. Tante, kiky permisi dulu.”

“Iya Ky, hati-hati ya.”

Xxx

Pagi ini rasanya aneh sekali. Tiba-tiba hujan lebat tiada hentinya sejak tadi malam. Aku bingung, bagaimana caranya pergi ke sekolah. Padahal aku harus pergi ke halte bus dulu. Dan sekarang sudah jam delapan. Baiklah, aku akan menunggu hujan reda.

Tiba-tiba kudengarkan suara motor yang tidak asing lagi bagiku. Suara motornya Andra. Heran, koq tumben dia datang ke rumahku pagi-pagi begini.

“Assalammualaikum. . .”

“Waalaikum salaam Ndra.” Jawabku dengan hati penuh tanya.

“Ky, ayo ikut aku ke pemakaman sekarang, Gina meninggal jam dua dini hari tadi pagi.”

“Apa??”

Kalimat itu bagai petir yang mengahantam relung sukmaku. Aku tidak percaya.

“Bohong! Kamu bohong kan?!” Aku benar-benar tidak bisa menahan tangis dan kurasakan tubuhku melemah dan terduduk di permadani ruang depan rumahku. Rasanya tubuhku ringan.

“Ky, kamu harus tabah.Gina pasti sedih melihatmu seperti ini.”

Xxx

Gin, kenapa loe gak memberikan gw kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Kenapa loe pergi di saat kita marahan, kenapa loe gak percaya kalo gw tuh seneng ngeliat loe sama Andra. Gw gak pernah menikam loe dari belakang Gin. Gak pernah. . .”

Aku Cuma berharap dia mendengarkan semua ini. Orang-orang yang melayatnya, keluarganya, teman-temannya dan tetangga semuanya sudah pada pulang. Sekarang hanya tinggal aku dan Andra di pemakaman ini.

“Ky, Gina sangat menyayangi kamu, dan dia tidak pernah marah sama kita. Dia ikhlas melihat kita bersama.”

Rasanya emosiku semakin ingin meledak saja, aku tidak terima dengan pernyataan Andra barusan.

“Maksud kamu apa?Emang kamu tau dari mana? Ikhlas? Ikhlas melihat siapa?!”

“Ini, surat dari Gina untuk kamu. Dan aku telah membacanya atas izin Gina.”

“Surat??”

Dear Kiky tersayang,,

“Sahabatku. . . maafin aku ya. Aku begitu egois karena selama kita menjalin persahabatan, aku benar-benar tidak mengenalmu. Aku benar-benar tidak tau siapa orang yang kamu cintai. Setiap aku menanyakan hal itu, kamu pasti mangalihkan topik ke pembicaraan yang lain. Dan aku tidak pernah mengetahui bahwa selama ini kamu mengorbankan cintamu hanya untuk persahabatn kita. Aku benar-benar egois kan? Kiky. . . aku benar-benar minta maaf atas semua kesalahanku. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa bahagia bersama dia, bersama Andra. Aku hanya bisa mengatakan bahwa aku sangat bahagia melihat kalian bersama. Aku tau kalian saling mencintai. Aku benar-benar menyesal karena selama ini telah menjadi penghalang di antara kalian. Aku minta maaf Ky. . . Tiga tahun persahabatan kita bukanlah hal yang main-main. Waktu itu adalah waktu yang cukup lama untuk membuat kita saling percaya dan terbuka. Aku benar-benar menyayangimu. Kamu adalah sahabat terbaikku. Maaf jika semalam aku telah mengusir dan membentakmu, aku benar-benar emosi dan saat itu aku merasa belum ikhlas melepaskan Andra bersamamu. Kamu pasti heran kenapa aku bisa tahu siapa orang yang benar-benar kamu cintai selama ini. Kemarin secara tak sengaja aku melihat diarymu terbuka di atas meja, dan aku membacanya karenaaku fikir selama ini kita gak pernah punya rahasia. Dan saat aku tau yang sebenarnya, rasanya aku ingin mati saja. Karena aku telah menjahatimu selama 3 tahun. Bilangin ya ma Andra aku berterimakasih banget atas cintanya selama ini. Dia begitu baik dan manis. Kamu gak marah kan kalau aku katakan bahwa Andra adalah cinta pertama sekaligus cinta terakhir aku. Dan aku sudah cukup puas meskipun hanya aku yang merasakan cinta itu. Aku ingin kamu berjanji bahwa kalian akan hidup bahagia bersama.

Janji ya Ky, , , Ini adalah permintaan terakhir aku ma kamu. Plizz don’t forget that I really do love you forever.

Your love,

Gina

“Gin, loe gak pernah salah. Gw gak pernah anggap loe salah. Gw gak akan pernah ngelupain loe. Loe adalah sahabat terbaik gw. Selamat jalan sahabatku.”

Tiba-tiba terasa kehangatan yang menjalar lewat tanganku. Sehangat hatiku yang penuh oleh rasa sayang. Andra menggenggam tanganku.

“Ayo kita pulang.” Suara lembut Andra membuyarkan lamunanku dan mengakhiri doaku dalam hati. Aku pulang bersama Andra. Mulai hari ini aku akan melakukan yang terbaik buat Gina sahabatku dan Andra. . .

Tak terasa air mataku semakin deras mengalir. Sekarang aku benar-benar ikhlas ngelepasin Gina. Aku akan berusaha ikhlas atas kepergian kamu Gin.. Met jalan sahabatku sayang. . .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun