[caption id="attachment_382013" align="aligncenter" width="540" caption="Emirsyah Satar saat menerima APAC Airline Executive of the Year 2014 dari CAPA Center for Aviation sebuah institusi independen yang menganalisa maskapai dan industri penerbangan yang berkedudukan di Sydney, Australia (Dokumen Garuda Indonesia)"][/caption]
Emirsyah Satar resmi mengajukan pengunduran dirinya sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero). Informasi tersebut disampaikan oleh PT Garuda Indonesia hari ini (11/12) melalui surat bernomor Garuda/JKTDI/20348/14. Dalam keterangannya, Emirsyah Satar sudah mengajukan pendunduran diri tersebut sejak 8 Desember 2014 kepada Menteri Negara BUMN Rini Soemarno selaku selaku pemegang saham seri A Garuda Indonesia. Saat ini, pengunduran diri tersebut tinggal menunggu persetujuan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) GIA yang rencananya akan dilangsungkan esok, 12 Desember 2014.
Pengunduran ini terbilang cukup mengejutkan banyak pihak, sebab jabatan Emirsyah Satar sebenarnya akan berakhir di 22 Maret 2015. Â Emirsyah Satar sendiri diangkat menjadi Dirut GIA sejak 22 Â Maret 2005 dan kembali dipercaya memimpin GIA pada periode keduanya sejak tahun 2010. Namun demikian, seperti yang diutarakan Vice President Corporate Communication GIA, Pujobroto pengunduran ini untuk memberikan kesempatan pemegang saham mempersiapkan direksi baru lebih cepat dari awal tahun depan.
Kiprah Emirsyah Satar di GIA sendiri terbilang sangat cemerlang. Di awal kepemimpinanya, Emirsyah Satar yang juga pernah menjabat Direktur Keuangan GIA ini memiliki tugas berat mengingat total utang GIA pada saat itu mencapai USD845 juta dengan posisi cash flow yang negatif. Perlahan tapi pasti Emirsyah Satar mampu mengangkat performa perusahaan plat merah ini. Setelah melewati masa-masa survival (tahun 2005-2006), hingga tahun 2013 pendapatan GIA mampu meningkat menjadi USD3.716 juta dari USD1.352 juta di 2007. Jumlah aset Garuda Indonesia juga mengalami peningkatan dari USD1.269 juta di 2007 menjadi USD2.954 juta.
[caption id="attachment_382018" align="aligncenter" width="630" caption="Dokumen Garuda Indonesia"]
Emirsyah Satar dan jajarannya juga mampu menambah jumlah fleet (armada) GIA  dari 49 unit di 2006 menjadi 166 unit  hingga saat ini dengan rata-rata pertumbuhan (CAGR) armada pertahunnya mencapai 15%. Disamping itu, jumlah penumpang GIA juga terus mengalami peningkatan dari 9 juta penumpang di 2006 menjadi 20,9 juta penumpang per September 2014 dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 13% dan memimpin market share penerbangan domestik hingga sekitar 30%. Jumlah cargo penumpang yang diangkut GIA juga melonjak dari 122 ribu ton menjadi 292,8 ribu ton di kuartal III saat ini.
Selain itu, GIA terus mengalami perbaikan On Top Performance mereka. OTP di tahun-tahun awal kepemimpinan Emirsyah Satar yang hanya sekitar 70% kini terus membaik hingga 92% di kuartal III 2014. Selain sudah IPO, GIA juga telah mengalami peremajaan armada yang dimilikinya. Di awal 2006, rata-rata usia armada GIA mencapai 11,5 tahun, saat ini masih memiliki usia yang relatif baru sekitar 4,2 tahun.
GIA juga menerima banyak penghargaan nasional dan internasional. Selama tahun 2013 GIA telah menerima 82 penghargaan, 23 penghargaan internasional dan 59 penghargaan nasional. Sementara itu, hingga September 2014 GIA sudah mendapatkan 51 penghargaan. Baru-baru ini GIA menjadi maskapai nomor 7 terbesar di dunia versi Skytrax dan Passsenger Choice Awards 2014 Best in Region: Asia & Australasia.
[caption id="attachment_382020" align="aligncenter" width="560" caption="Dokumen Garuda Indonesia"]
Tentu GIA saat dipimpin Emirsyah Satar juga bukan tanpa cela, ada pekerjaan rumah yang perlu dibenahi dan disempurnakan. Siapapun pengganti Emirsyah Satar tentu akan menghadapi kondisi keuangan yang saat ini sedang mengalami penurunan performa. Sampai dengan kuartal III 2014, GIA masih membukukan rugi bersih hingga USD219,5 juta atau setara dengan Rp2,63 triliun. Selain itu, tantangan lainnya adalah ASEAN Open Sky 2015 yang segera diberlakukan. GIA akan menghadapi level persaingan bisnis yang lebih ketat sehingga menuntut pengelolaan perusahaan yang lebih efisien. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H