Maret 2018, untuk pertama terbang ke Negeri Gingseng, Korea Selatan. Sebelumnya saya tidak pernah bermimpi dan menyangka bisa menginjakan kaki di negeri orang, itupun sebenarnya karena tugas dari kantor tempat bekerja.Â
Mungkin saya saja yang "norak", maklum pertama kali ke luar negeri, pertama kalinya juga melihat begitu megahnya Bandara Internasional Incheon yang menjadi salah satu 10 bandara terbaik dunia versi World Airport Awards tahun 2019.
Kekaguman dimulai ketika mulai menaiki bus umum bandara yang tak lagi menggunakan uang tunai saat betransaksi, tak ada kondektur seperti di Indonesia.
kita cukup memasukan bukti tiket kita ke dalam kotak mesin di dalam bus saat keluar, kalau di Indonesia rada-rada mirip seperti transaksi Bus Rapid Transit (BRT) TransJakarta hari ini yang sudah mulai cashless.
Bus yang saya tumpangi terus melaju ke bandara lokal di sana untuk mengantarkan kami dari Seoul untuk kemudian terbang kembali menuju Busan, lalu naik bus ke Changwon.
Kotanya cukup kecil, namun ternyata sebagai salah satu kota markas industri besar di Korea Selatan, kalau di Indonesia mungkin seperti Bekasi atau Karawang, kalau berdasar jarak dari Ibu Kota Jakarta katanya seperti Surabaya dan sekitarnya.Â
Setelah beberapa hari di sana melihat majunya industri kereta api di Korea, kami kembali ke Seoul menggunakan kereta cepat, Korea Train eXpress (KTX).
Registrasi tiket dilakukan online, sama seperti baru-baru ini di Indonesia di masa era kepemimpinan Ignasius Jonan di PT Kereta Api Indonesia (KAI). Namun yang saya heran, kami memasuki stasiun kereta di Busan tidak ada satupun petugas kereta yang berjaga di depan pintu masuk sebelum peron stasiun untuk memeriksa tiket kami, tidak ada pemeriksaan apapun.
Semua menaiki kereta cepat sesuai nomor kursinya. Mungkin mereka tahu, masuk bisa dengan tanpa tiket, tetapi nanti jika ketahuan bisa-bisa diturunkan petugas di tengah jalan, bahkan bisa jadi malah dipidanakan. Kan lebih repot.