Untuk pendistribusian LPG, PT Pertamina (Persero) sudah berpengalaman dalam melakukan distribusi LPG di Indonesia mulai dari sumber supply LPG, pengangkutan LPG ke depot/terminal hingga penjualan produk ke agen yang memilik standar tersendiri. Seperti yang diberitakan buletin Energia Pertamina No. 8 Tahun 2014, saat ini PT Pertamina (Persero) juga menambah kapal Very Large Gas Carrier (VLGC) dengan VLGC Pertamina Gas I dan II. VLGC Pertamina Gas I mulai beroperasi sejak diserahterimakan 17 September 2013 sedangkan VLGC Pertamina Gas II sekitar Mei 2014. VLGC ini akan memperkuat armada kapal Pertamina yang sudah ada terlebih dahulu, termasuk akan memperkuat posisi tawar Pertamana diantara para ship owners. Yang lebih utama dari fungsi VLGC adalah sebagai mother vessel dan floating storage and offloading (FSO) yang melayani kapal-kapal Pertamina yang lebih kecil termasuk memungkinkan Pertamina melakukan efisiensi dalam pendistribusian LPG kepada masyarakat.
Sumber: PT Pertamina (Persero)
Sumber: PT Pertamina (Persero) dalam Kompasiana (2014)
Ketiga, harga jual LPG yang harus disesuaikan dengan kemampuan daya beli konsumen dalam negeri. Perlu untuk diketahui oleh Kita bersama, berdasarkan data PT Pertamina (Persero) konsumsi elpiji 12 Kg hanya sekitar 17% dari konsumsi LPG total. Sementara untuk elpiji 50 Kg/Bulk hanya 3,5%. Konsumsi Elpiji terbesar masih terjadi di elpiji 3 Kg yang disubsidi dan dikhususkan untuk kalangan tertentu.
Sumber: Pertamina dalam Kompasiana (2014)
Sementara itu berdasarkan survei AC Nielsen pada tahun 2013, dari 7000 panel rumah tangga yang disurvei, pengguna elpiji 12 Kg digunakan oleh 16% rumah tangga di perkotaan dan 4% di pedesaan. Survei tersebut menyajikan informasi bahwa dari 70% pengguna Elpiji 12 Kg adalah kelompok atas (upper class) yang memiliki pendidikan lebih tinggi (SMA hingga S2) yang menggunakan perangkat komputer di rumah, memiliki lemari pendingin dan sumber air minum isi ulang bermerk tertentu. Hal ini tidak terlepas dari kondisi pengguna elpiji 12 Kg yang memang datang dari kalangan kelas menengah atas yang memiliki pengeluaran bulanan Rp2,3 juta ke atas setiap bulannya. Jika disimpulkan dengan sederhana, orang-orang kelas menengah atas tersebut masih lebih banyak mengeluarkan biaya untuk hiburan/rekreasi dibandingkan untuk konsumsi LPG.
Sumber: Ac Nielsen dan Pertamina dalam Kompasiana (2014)
Disamping itu, harga LPG non subsidi di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan beberapa negara tetangga seperti India yang harganya sudah mencapai Rp12.600 per kg, Jepang Rp20.000 per kg dan China Rp17-21 ribu per kg.
Sumber: Pertamina dalam Kompasiana (2014)
3. Elpiji 3 Kg untuk Kalangan Bawah
Sumber: Google