Melihat stasiun televisi di pagi hari ini membuat selera makan saya hilang sama sekali. Tidak ada keinginan untuk menyantap hidangan sahur yang sudah saya siapkan sejak malam. Sayur dan lauk terasa hambar melihat kerusuhan terjadi di bulan ramadhan yang indah ini. Bahkan, rasa dahaga pun tidak menghampiri. Hanya ada rasa getir, sedih dan kecewa melihat kerusuhan terjadi di ibukota.
Batu-batu berterbangan, petasan dinyalakan, umpatan diteriakan. Sungguh menodai kedamaian yang dielu-elukan setiap bulan ramadhan. Pesta demokrasi yang telah kita jalani pada abulan april lalu pun tidak terasa kemeriahannya. Hanya ada rasa mencekam, ketakutan, serta kekhawatiran terhadap sanak saudara yang tinggal disana.
Pertanyaan pun menghampiri saya. Jika memang benar keadilan yang kalian cari, apa ini cara terbaik yang kalian miliki? Menimbulkan kerusuhan dimana-mana dan memaksa sebuah instansi ataupun lembaga tunduk terhadap tuntutan kalian? Tidak adakah cara yang lebih manusiawi selain memporak porandakan ibu kota dan seisinya?
Sampai waktu imsak berakhir, saya belum mampu menemukan jawabannya. Malahan, timbul pertanyaan-pertanyaan lain yang memaksa masuk ke dalam pikiran saya. Apa benar semua ini demi keadilan, bukan kepentingan golongan? jikalau benar gerakan ini didasari oleh keadilan, apakah definisi keadilan oleh anda telah berubah karena bias dan loyalitas terhadap salah satu individu?
Saya tidak ingin menuduh ataupun menggeneralisir semua orang yang menyuarakan aspirasinya dari kemarin sore hingga pagi ini. Saya yakin sebagian besar dari mereka benar-benar mencari keadilan tanpa disisipi oleh kepentingan. Namun keraguan saya timbul akibat ulah beberapa oknum yang merusak fasilitas dan menyerang para polisi. Padahal para polisi telah melakukan pendekatan defensif dan "memanusiakan" para demonstran sebelum melakukan tindakan represif. tapi masih ada saja oknum yang memprovokasi. Apakah kalimat "orang indonesia haus akan keributan" benar adanya? tidak lengkap nampaknya bagi masyarakat jika demonstrasi tidak diakhiri dengan baku hantam dengan kepolisian.
Di tengah keributan yang terjadi, terselip juga pertanyaan terhadap kejadian di pagi hari ini. Mengapa Pak Prabowo tidak angkat bicara dan menenangkan para pendukungnya? tentunya saya telah membaca dan mendengar pernyataan Bapak yang menyarankan para pendukungnya untuk tetap tertib dalam menyuarakan aspirasinya. tetapi saat kejadian dan kerusuhan berlangsung beliau seolah hilang dan bungkam.Â
Pun saya sadar akan pernyataan Bapak yang mengatakan bahwa yang melakukan kekerasan bukanlah bagian dari sahabat ataupun pendukung anda. Namun alangkah baiknya jika bapak angkat bicara dan mencoba menenangkan para pendukung bapak. Saya tahu pernyataan saya merupakan sebuah asumsi dan belum tentu terjadi.Â
Namun, jika bapak menyempatkan waktu mengadakan pers conference ketika aksi dilaksanakan, mungkin semua kerusuhan dan kekacauan ini dapat dihindari. Saya sadar betul bapak adalah seorang negarawan yang mempunyai jiwa besar dan cinta akan NKRI. Namun, tidakkah hati Bapak terkoyak melihat Ibu Pertiwi dirusak oleh beberapa oknum? Saya mengajak Bapak untuk menenangkan pendukung karena saya percaya apa yang terjadi saat ini bukanlah keinginan bapak.Â
Saya bukanlah orang yang terkena dampak langsung dari aksi yang dilakukan oleh pendukung bapak. Saya hanyalah seorang mahasiswa di kota Jogja yang khawatir akan kemanan keluarga. Oleh karena itu saya memohon dengan kerendahan hati saya agar Bapak menenangkan para pendukung agar kejadian serupa tidak terjadi lagi siang hari nanti.
Salam hangat pak.