Aku ini kupu-kupu malam. Wanita yang dipuja banyak lelaki hidung belang, sekaligus wanita yang sangat dibenci istri-istri mereka, kalau saja mereka tahu.
Malam ini, tamuku seorang lelaki kelas atas. Turun dari Alphard mengilap seri terbaru. Berpakaian tuxedo hitam legam khas eksekutif muda. Sukses, tampan, dan tak banyak bicara.
Bukan kali pertama aku menyambut tamu kehormatan semacam ini. Tapi ada yang berbeda dari lelaki muda berkacamata itu. Dari pemindaian cepatku, aku tahu bahwa makhluk kaya raya yang pendiam itu tidak pernah kenal dunia malam nan liar sebelumnya. Gerak-gerik dan antusiasmenya-lah yang mengatakan itu secara tersirat kepadaku.
"Ingin minum sesuatu sebelum kita melakukannya malam ini?" ujarku dengan nada suara yang lebih mirip desahan ketimbang pertanyaan.
Lelaki itu cuma menggeleng singkat. Dia hendak melepaskan dasi yang masih melingkari lehernya. Aku bergerak ingin melakukannya dengan sukarela, tapi dia menolak sentuhanku yang penuh rayu itu.
Sungguh aku heran. Sudah kutanggalkan gaun merah ketat sepahaku yang sensual itu; hingga kini aku hanya tinggal mengenakan bra dan celana dalam sewarna malam, yang kontras sekali dengan warna kulitku yang secerah mutiara ini. Namun, lelaki itu tetap tak menunjukkan selera dan riak gairah sedikitpun terhadap tubuh elok dan wajah jelitaku. Bagaimana bisa?
"Apakah Anda... seorang homoseksual?" Akhirnya, terlontar juga pertanyaan frontal itu dari mulutku. Aku sudah berusaha menahannya sejak tadi, tapi sekarang aku tak mampu mengendalikannya lagi.
Lelaki itu menatapku dengan datar hanya untuk dua sekon. Lalu dilepaskannya kacamatanya dan ditaruhnyalah benda itu di atas nakas.
"Saya sewa jasa kamu malam ini bukan untuk bercinta," ucap lelaki itu dengan suaranya yang berat dan tenang.
"Oh... sayang sekali ya," responsku seraya menyunggingkan senyum semanis madu. "Padahal Anda boleh request gaya percintaan apa pun yang Anda mau. Saya bisa memuaskan Anda, bahkan untuk semalam suntuk."
Lelaki itu duduk di pinggir ranjang, masih dengan kemeja putih dan celana kerja hitamnya. Postur duduknya pun tegap, bak pemimpin perusahaan yang hendak memberikan project briefing pada bawahan-bawahannya yang penjilat.