Mohon tunggu...
rizkydh Hadi
rizkydh Hadi Mohon Tunggu... Guru - Wiraswasta

Saya seorang yang ingin menyalurkan tulisan saya semoga bisa bermanfaat bagi sekitarnya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rakyat dan Simbol Kepemimpinan

1 Februari 2024   09:16 Diperbarui: 1 Februari 2024   09:22 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hingar bingar kampanye berseliweran di tengah masyarakat Indonesia yang menjadi salah satu pertanda bahwa rakyat masih mempunyai harapan terhadap kepemimpinan negeri, kemajuan bangsa serta perbaikan taraf hidupnya.


Harapan yang ditaruh dipundak para calon pemimpin negeri ini tentang bagaimana kepemimpinan harus dijalankan. Dan bagaimana harapan tersebut harus dijaga dengan diwujudkan. Karena kita berpegang dengan nilai-nilai luhur yang tertanam dalam pedoman tujuan negara ini berdiri.


Nilai nilai inilah sebagai sarana bagi rakyat dalam memilih pemimpinnya yang menjadi figur, Agar nanti ketika dalam menjalankan kepemimpinan tidak sesuai maka kita mempunyai hak konstitusionalnya untuk mengkritisi pemimpin tersebut.


Dari sinilah muncul simbol kepemimpinan siapa yang pantas dan sesuai dengan nilai-nilai luhur tersebut yang tertanam dalam konstitusi pembukaan Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Simbol kepatutan bahwa seorang pemimpin negeri merupakan pemimpin rakyat.


Rakyat butuh simbol bahwa pemimpin yang mereka pilih merupakan representasi bagaimana memperjuangkan nasib dan hak-haknya. Sehingga pantas untuk dijadikan simbol yang mereka perjuangkan baik  buruh, tani, kaum miskin, nelayan, pemuda pelajar, mahasiswa, pengusaha, birokrasi negara, perempuan, anak dan lain sebagainya.


Rakyat akan mencari siapa yang dapat menjadi simbol kepemimpinan. Baik dari segi bernegara, menjaga demokrasi, dan menjadikan birokrasi yang melayani. Maupun dari segi segala sektor dimasyarakat. Tak lupa memandang potensi potensi yang ada di dalam keanekaragaman di daerah-daerah.


Dengan turun ke bawah, turun ke berbagai lapisan rakyat, menyelami permasalahan yang dialami oleh rakyat, pemimpin akan memahami kebijakan apa yang harus diambil yang membuat kekuasaan menjadi kepentingan mayoritas bukan untuk segelintir orang. Gotong royong menjadi kunci bagaimana program tak jadi ilusi, rakyat harus dibuat aktif dengan partisipasi rakyat dalam menjaga pemimpin yang menjadi simbol rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun