Salah satu masalah terbesar dalam era digital adalah ketimpangan digital. Fenomena ini menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di kota dan pedesaan berbeda dalam hal akses, kemampuan, dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, di mana pembangunan infrastruktur teknologi belum merata, perbedaan ini semakin jelas. Sebagai contoh, desa seperti Papagarang di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, masih menghadapi banyak tantangan dalam hal akses teknologi, sementara kota Jakarta memiliki fasilitas digital yang sangat maju.Â
Perbedaan Akses Teknologi
Kota besar seperti Jakarta memiliki jaringan internet berkecepatan tinggi, mulai dari fiber optik hingga jaringan 5G. Masyarakat perkotaan memiliki akses yang luas ke perangkat teknologi seperti smartphone, laptop, dan komputer, yang memungkinkan mereka menggunakan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan mereka, seperti pendidikan, pekerjaan, dan transaksi ekonomi. Kehidupan sehari-hari juga mencakup akses ke aplikasi modern seperti transportasi daring dan layanan kesehatan berbasis digital. Namun, keadaan di pedesaan, seperti Desa Papagarang, sangat berbeda. Desa ini terpencil, jadi tidak ada jaringan telepon. Sebagian besar orang hanya dapat mengakses internet melalui jaringan 3G, yang seringkali tidak stabil dan hanya dapat digunakan di beberapa titik. Karena biaya yang tinggi dibandingkan dengan pendapatan rata-rata, banyak rumah tangga tidak memiliki perangkat digital. Akibatnya, masyarakat desa kesulitan memanfaatkan peluang digital yang semakin meningkat.
Dampak Ketimpangan Digital
Ketimpangan digital memiliki dampak luas pada berbagai aspek kehidupan masyarakat pedesaan. Â
1. Pendidikan Â
Siswa di perkotaan memiliki akses ke platform belajar daring seperti Ruangguru atau Zenius, sementara siswa di pedesaan terpaksa menggunakan cara konvensional. Selama pandemi COVID-19, kesenjangan ini menjadi semakin jelas, di mana siswa di pedesaan sering kali terpaksa absen dari pembelajaran karena tidak adanya koneksi internet.Â
2. Ekonomi Â
Di sektor ekonomi, pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di kota dapat memanfaatkan teknologi e-commerce untuk memperluas jangkauan pasar mereka. Sementara itu, petani dan nelayan di pedesaan hanya mengandalkan cara tradisional untuk menjual produk mereka, sehingga mereka sulit bersaing dengan pelaku usaha dari wilayah yang lebih maju secara digital.Â
3. Layanan Publik Â