PT. Ometraco Arya Samanta merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa kontruksi dengan spesialisasi bidang Civil and Steel Construction. Perusahaaan ini merupakan industri penghasil kostruksi baja dengan produk utama adalah kostruksi kerangka bangunan pabrik. Proses pembentukkan konstruksi sendiri berasal dari sejumlah baja yang yang diproses hingga menjadi konstruksi (kerangka). Selanjutnya material baja diproses lebih lanjut hingga menjadi produk yang diinginkan.
Aktivitas Fabrikasi meliputi pengarahan arus dan penanganan persediaan secara wajar mulai dari pengadaannya, penyimpanannya, sampai pengeluarannya. Persediaan bahan baku harus ada pada waktu yang diperlukan, dengan kualitas dan kuantitas yang memadai dan juga pada tempat yang tepat. Pengabaian salah satu tanggung jawab yang menyangkut persediaan akan membawa dampak negatif bagi kelancaran operasi perusahaan.Â
Pengendalian persediaan bahan baku diharapkan dapat menciptakan aktivitas pengendalian terhadap perusahaan yang efektif dalam menentukan jumlah persediaan optimal yang dimiliki perusahaan. Setelah proses fabrikasi produk harus di QC terlebih dahulu sebelum memasuki proses painting dan terkadang di saat melalui pengecekan QC terkadang juga mengalami masalah seperti terjadi kesalahan pada saat mengelas dan merangkai baja kadang juga terjadi masalah ukuran dan tempat dalam pembuatan lubang baut sehingga perusahaan pada suatu waktu terjadi ketelatan dalam memproduksi produk yang berarti pula bahwa akan menghambat jalur produksi dan permasalahan juga terjadi di bidang K3 di PT. Ometraco Arya Samanta sejak awal berdirinya perusahaan hingga saat ini.Â
Dalam proses produksi masih ada beberapa karyawan yang masih berasumsi dan terlalu percaya diri bahwa meskipun tidak menggunakan APD kecelakaan tidak akan terjadi. Hal tersebut tentu mengabaikan prosedur K3 yang telah ditetapkan PT. Ometraco Arya Samanta.Â
Diketahui akar permasalahan yang ada berasal dari mesin dimana kurangnya perawatan mesin dan tekanan mesin yang berkurang, faktor manusia kurangnya ketelitian dan koordinasi,dan material kesalahan penerimaan barang yang diproduksi, sedangkan untuk faktor yang lain tidak mempengaruhi penyebab cacat plat.Jenis usulan yang diberikan adalah melakukan kegiatan perawatan mesin secara berkala sebelum produksi secara keseluruhan agar jika saat proses produksi tidak  ditemukan cacat maka operator dapat melihat data history untuk menyamakan setting mesin untuk produksi kedepannya. Namun tetap dengan memperhatikan  ukuran plat agar data history juga dapat disesuaikan dengan plat yang akan diproduksi.Serta pelatihan berkala kepada karyawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H