Stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak dibawah usia dua tahun di Indonesia. Cara untuk menurunkan risiko stunting salah satunya dapat dilakukan dengan pemenuhan gizi yang cukup, salah satunya adalah dengan kecukupan ASI eksklusif.Â
Hal tersebut telah disampaikan oleh UNICEF bahwa ASI merupakan sumber perlindungan dan gizi terbaik untuk anak karena didalamnya terdapat kandungan antibodi dan gizi yang membantu sistem daya tahan tubuh bayi melawan infeksi.Â
Dengan demikian, pemberian ASI eksklusif akan mampu memenuhi kebutuhan gizi pada bayi dan anak dibawah usia dua tahun sehingga akan menurunkan risiko stunting.
Dari urgensi tersebut, Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Gadjah Mada menciptakan produk pangan fungsional berupa snack bar bernama "Sweetboostbar" sebagai camilan sehat yang berbahan dasar daun katuk dan beras coklat.Â
Tim PKM Mahasiswa UGM tersebut yaitu Lubna Hananing Bakti Palupi (Teknologi Industri Pertanian 2019), Faricha Rizqi Amalia (Teknologi Industri Pertanian 2019), Rizky Ananda Putri (Teknologi Industri Pertanian 2019), Erika Dwiyana Fransiska (Ilmu Ekonomi 2018), dan Della Sagita Dewi (Gizi Kesehatan 2019) serta dosen pendamping Jumeri M. Wikarta, STP., M.Si, Ph.D.
Sweetboostbar yakni produk olahan karya mahasiswa UGM berupa camilan praktis berbentuk bar siap makan yang berbahan baku daun katuk dan beras coklat.Â
Daun katuk dipilih sebagai bahan baku karena mengandung polifenol dan steroid yang dapat merangsang alveoli untuk memproduksi ASI.Â
Sedangkan beras coklat dipilih karena mengandung gizi non-pati dan senyawa fenol. Dengan produksi ASI yang lancar dan berkualitas akan berpeluang untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.
Sweetboostbar telah mendapat respon pasar yang sangat positif setelah dikonsumsi oleh 10 ibu menyusui. Hasilnya menunjukkan bahwa 7 dari 10 ibu menyusui mengalami peningkatan pada produksi ASI.Â
Hal tersebut sesuai dengan kandungan yang ada dalam sweetboostbar yaitu daun katuk yang dapat merangsang alveoli dalam merangsang produksi ASI menjadi lebih banyak.