Di balik kemegahan taksi biru yang melintasi jalan-jalan kota Indonesia, PT Blue Bird Tbk. merangkai keberhasilannya dengan sistem pengendalian manajemen yang tidak hanya mengelola, tetapi juga menginspirasi inovasi dan standar layanan yang tinggi. Artikel ini mengupas secara mendalam bagaimana PT Blue Bird mengintegrasikan strategi, teknologi, dan kebijakan untuk menciptakan ekosistem yang menggerakkan perusahaan ke puncak dalam industri transportasi.
PT Blue Bird Tbk, yang dikenal dengan merek Bluebird, adalah perusahaan transportasi terkemuka di Indonesia. Berkantor pusat di Jakarta, perusahaan ini mengoperasikan empat jenis layanan transportasi darat: taksi reguler Bluebird dan Pusaka, taksi eksekutif Silverbird, taksi lifecare Bluebird Peduli, serta taksi listrik E-Bluebird dan E-SilverBird. Selain itu, Bluebird Group juga menyediakan layanan mobil rental dan limosin dengan merek Goldenbird dan Bluebird Transport, serta jual beli mobil bekas melalui Mobilgo. Perusahaan ini juga aktif di sektor logistik, properti, alat berat, dan layanan konsultasi teknologi informasi.
Sejarah singkatÂ
Blue Bird Group, yang beroperasi sebagai PT Blue Bird Tbk di Indonesia, terkenal dengan berbagai jenis layanan transportasi darat yang mereka tawarkan. Mulai dari taksi reguler seperti Bluebird dan Pusaka, hingga layanan taksi eksekutif Silverbird, serta inovasi terbaru seperti taksi listrik E-Bluebird dan E-SilverBird. Selain itu, mereka juga aktif dalam layanan rental mobil dengan merek Goldenbird dan Bluebird Transport, serta menyediakan layanan sewa bus dengan merek Bigbird dan shuttle bus dengan merek Cititrans. Blue Bird tidak hanya fokus di sektor transportasi, tetapi juga telah berkembang ke bisnis lain seperti logistik, properti, alat berat, dan konsultasi teknologi informasi.
Blue Bird, perusahaan transportasi terkemuka di Indonesia, memiliki sejarah panjang dan penuh prestasi sejak didirikan pada tahun 1965 di Jakarta. Berawal dari sebuah rumah di Jl. Cokroaminoto, Blue Bird tumbuh menjadi pionir dalam industri taksi di Indonesia. Pada tahun 1965, setelah Djokosoetono meninggal, istrinya, Mutiara Siti Fatimah, bersama anak-anaknya Purnomo dan Chandra, memulai bisnis taksi dengan dua mobil sedan. Mereka mengoperasikan taksi tanpa izin resmi, yang dikenal sebagai taksi gelap, dengan melayani pesanan telepon langsung dari penumpang. Bisnis ini berkembang pesat di Jakarta pada era 1960-an karena minimnya mobil pribadi. Namun, pada 1972, setelah berbagai upaya dan mendapatkan bantuan dari seorang bekas murid Djokosoetono, bisnis taksi mereka mendapat izin resmi dan diluncurkan dengan nama Blue Bird. Blue Bird kemudian berkembang menjadi perusahaan taksi terbesar di Indonesia dengan berbagai inovasi dan ekspansi bisnis, termasuk layanan taksi eksekutif dan transportasi komuter. Pada tahun 1972, mereka mengenalkan armada Holden Torana pertama kali dengan sistem tarif berdasarkan argometer, yang kemudian diikuti dengan penggunaan sistem radio untuk penyebaran order pada tahun 1979, meningkatkan efisiensi layanan mereka.
Di era 1990-an, Blue Bird terus berinovasi dengan penggunaan AC pada armada mereka untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan, serta meluncurkan taksi eksekutif Silverbird pada tahun 1993. Pada tahun 2000-an, Blue Bird semakin mengokohkan posisinya dengan penerapan teknologi komputerisasi untuk call center dan aplikasi mobile pertama di Indonesia untuk pemesanan taksi. Melalui inovasi seperti ini, Blue Bird terus beradaptasi dengan perubahan zaman dan memperluas jangkauan layanan mereka, termasuk kerjasama dengan platform digital seperti Go-Jek dan Traveloka.
Di era terbaru, Blue Bird terus memperluas kemitraan strategisnya dengan perusahaan teknologi seperti Go-Jek, Traveloka, dan Telkomsel untuk meningkatkan layanan dan kemudahan akses bagi pelanggan. Mereka juga aktif dalam kegiatan sosial dan dukungan kemanusiaan, seperti donor plasma konvalesen selama pandemi COVID-19 dan berpartisipasi dalam acara-acara internasional seperti peluncuran Sustainability Vision 50:30. Dengan inovasi terus-menerus dan komitmen terhadap keberlanjutan, Blue Bird terus memimpin pasar transportasi Indonesia sebagai penyedia solusi transportasi modern dan berkelanjutan.
Proses Manajemen Perubahan
Blue Bird Group, sebagai perusahaan transportasi terkemuka di Indonesia, telah sukses menerapkan manajemen perubahan untuk menghadapi tantangan digital. Mereka memahami pentingnya transformasi digital dan konektivitas dalam mempertahankan relevansi dan daya saing. Blue Bird tidak hanya mengubah model bisnisnya dengan mengintegrasikan teknologi seperti aplikasi pemesanan taksi online dan armada taksi listrik, tetapi juga aktif melibatkan seluruh karyawan dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi perubahan. Ini mencakup pelatihan dan pendidikan untuk mempersiapkan staf menghadapi perubahan serta memberikan pengakuan atas kontribusi mereka dalam meningkatkan kinerja organisasi.
Selain itu, Blue Bird terus berinovasi dengan meluncurkan fitur-fitur baru untuk memenuhi perubahan preferensi pelanggan, seperti pembayaran digital dan layanan berbasis data. Dengan mengoptimalkan infrastruktur dan menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi, mereka berhasil memperkuat posisi mereka sebagai pemimpin dalam industri transportasi Indonesia. Kesuksesan Blue Bird dalam mengadopsi manajemen perubahan yang efektif membuktikan bahwa adaptasi dan inovasi adalah kunci untuk bertahan dan tumbuh di tengah persaingan yang semakin ketat di era digital ini.
Teknik Manajemen perubahan