Mohon tunggu...
Rizky Amanah
Rizky Amanah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hallo, Sahabat kyan. Semoga kalian senang dengan tulisan-tulisan aku ya. Terima kasih sudah bersedia membaca nya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langit Abu-abu dan Usai

25 Juni 2023   21:12 Diperbarui: 25 Juni 2023   21:35 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sabtu bersama mantan kekasih

17 juni 2023 

Hari ini ardia memberi kabar dirinya sakit, tanpa berpikir panjang lagi. Setelah selesai dengan kegiatan kerja aku langsung memesan ojek online untuk menuju rumahnya. Di perjalanan ardia mengabari tidak usah ke rumahnya dan meminta untuk kita bertemu dikedai kopi saja.  

Sebelum sampai dikedai kopi tersebut aku membeli beberapa buah untuk dirinya, tidak banyak tapi sudah ku search jenis buah untuk meredakan sakitnya saat ini. Aku sudah sampai di depan kedai tersebut, ku lihat wajah ardia pucat dengan garis kerut pada keningnya. Aku bertanya "Kamu baik-baik saja kah? wajahmu pucat sekali." Dia tidak menjawab hanya menurunkan pijakan motor dan memintaku ikut bersamanya.  

Akhirnya setelah lama tidak berdua dimotor yang sama, ardia mengajak ku kembali. Kami mengililingi Kota Depok. Dimotor ini dengan sapuan angin sore menuju malam, kita dua orang yang tidak saling bicara namun saling tertawa ketika melihat kaca spion sebelah kiri.

Entah apa yang membuat kita berdua tertawa tanpa pembicaraan. Kamu mau makan apa? Tanya ardia. Aku diam sejenak kemudian menjawab "terserah apa saja" padahal dalam hati aku bicara (Apa saja ardia selama denganmu, aku senang) rasa gengsiku cukup tinggi untuk mengucapkan itu. Jika ardia tidak bertanyapun aku enggan untuk memulai pertanyaan lebih dulu. Lama di perjalanan yang hanya diam saja akhirnya ardia menghentikan motor hitamnya di depan warung tenda bertuliskan ayam goreng. 

Kita memesan dua ayam goreng dengan nasi setengah porsi untuk masing-masing. Karena walaupun banyak orang yang menilai aku gendut seperti ini, makan ku tetap setengah porsi. "Jaketmu bagus" kata ardia. "Iya pemberian mantan kekasihku" kataku. Ardia langsung menggelitik perut ku, kami saling menatap dalam lima detik dan tertawa bersama.  

Seperti setiap pertemuan ardia selalu bercerita tentang lingkungannya, tentang jalan yang tak lagi ada aku dalam beberapa minggu itu. Dia juga mengucapkan kata maaf namun tidak aku jawab, aku mengalihkannya pada cerita lain. Karena aku berpikir setulus-tulusnya kata maaf adalah pembuktian pada diri sendiri bahwa tidak lagi membohongi pihak manapun, Ya pihak manapun (Dirinya,aku dan perempuan yang terlanjur hadir diantara kisah kami). Permintaan maaf tanpa perubahan hanya akan membuat luka baru yang timbul. Itulah yang aku rasakan pada tiap-tiap permohonan maaf ardia dalam beberapa hari ini.

Kita melanjutkan malam itu, jalanan malam itu ramai sampai ardia bertanya "ini hari apa sih ky?". "Hari sabtu malam minggu" kataku. "Oalah pantas saja ramai" lanjutnya. Setelah perpisahan itu, malam ini adalah malam minggu kami kembali. Tidak perduli ardia pernah memeluk siapa saat kami berpisah, malam ini aku ingin hanya ada aku, dia dan bintang dilangit itu.  

Ardia juga mengajak aku jajan di pinggir jalan kota. Aku membeli tahu goreng kesukaannya. Dimotor itu seperti perjalanan yang pernah kita lakukan. Ardia yang mengendarai motor dan aku yang tetap memberi tahu itu agar sampai pada mulutnya. Dia tersenyum, aku dapat melihat senyuman itu dikaca spion motornya. Tahu digenggaman tangan ku hampir habis dan ardia berhenti di depan penjual minuman alpukat. Dia membeli es teh untuknya dan jus alpukat untuk aku.  

Saat menunggu minuman itu dibuat, ardia sempat membakar satu batang rokok dan seolah berlagak menutupi dari aku padahal sudah jelas aku melihat itu. Ardia tahu aku tidak suka dia merokok, tapi hal itu dilakukan karena rasa stress yang menghampirinya sebab kesalahan pada hubungan kita berdua saat itu. Minuman itu sudah jadi. Ardia memasukan sedotan itu pada minumannya lalu memberikan padaku. Dia selalu begitu, hal beruntung seperti itu yang aku rindukan darinya meskipun hal terburuknya mengapa dia harus memulai dengan wanita lain saat masih bersama ku.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun