Mohon tunggu...
Rizky Amanah
Rizky Amanah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hallo, Sahabat kyan. Semoga kalian senang dengan tulisan-tulisan aku ya. Terima kasih sudah bersedia membaca nya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kyanardia

21 Juni 2023   20:01 Diperbarui: 21 Juni 2023   20:04 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu hujan tetapi kita berdua berusaha bertemu. Untuk sebuah penjelasan dari gantungnya hubungan. Sebenarnya tidak menggantung, kamu memang sudah pergi. 

Malam dengan hujan kamu berbicara hubungan kita kembali. Kita kembali menjadi sepasang kekasih. Sebenarnya hati ku masih penuh rasa takut. Sebab kamu pernah mengatakan ini pada tanggal 29 mei dan kamu tetap menemui wanita itu pada tanggal 30 mei.  

Dan benar saja ardia, bahkan setelah kamu memilih untuk kembali denganku pada tanggal 5 itu, kamu bukan meyakini ku atas apa yang aku takutkan. Justru kamu risih dengan pertanyaan ku "kamu sedang dimana?". Tanpa rasa bersalah mu atas apa yang sudah kamu ucapkan. Kamu kembali menemui wanita itu pada 8 juni 2023. 

Sungguh ardia mengetahui itu aku tidak menangis lagi. Aku langsung muntah di kamar mandi, lalu berteriak pada bantal di kamarku. Asam lambungku menaik tinggi seolah menyadarkan aku harus berhenti mencintaimu. Aku tidak dapat tidur pada malam itu, ibuku hanya tahu asam lambung ku naik. Iya memelukku dan mengizinkan aku tidur di kamarnya.  

Pagi harinya, ku pikir aku sudah tidak ada di bumi. Tetapi Tuhan masih belum mengizinkan aku pulang karena aku tahu bekalku belum cukup untuk kembali padanya. Lalu seperti biasa aku bergegas pergi ke kantor. Melakukan tugas kantor yaitu live shopee. Ditengah live aku tahu kamu bergabung, kamu mengirim pesan dikomentar "semangat kerjanya, jangan lupa makan ya" tanpa kamu tahu semalam aku berdebat hebat dengan rasa sakit yang ada. 

Teman kantor mengajakku olahraga bulu tangkis sebenarnya aku tahu fisikku sedang tidak baik. Tetapi aku hanya bisa melakukan itu untuk melupakan rasa sakit yang ada dalam diriku. Saat di perjalanan menuju tempat olahraga perut ku sakit sekali. Aku tidak bisa berdiri namun masih bisa tersenyum agar teman ku tidak tahu yang aku rasa. Sampai di tempat tujuan, aku benar-benar tidak sanggup berdiri. Aku mencoba duduk dikursi pun masih sakit. Aku memutuskan untuk duduk di lantai. Rasa sakit itu semakin menggerogoti dinding perut ku sebelah kiri. Aku menangis disitu, dilapangan itu.  

Aku dibawa temanku ke klinik terdekat, namun tidak bisa rawat inap. Aku tahu perutku memberi signal bahwa aku tidak akan bisa tidur seperti malam kemarin. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari rumah sakit rawat inap. Tiba disana dokter sedang istirahat, Aku tergeletak lemas dikursi tunggu. Seorang teman ku ingin menghubungimu, ia menelepon kamu. 

Kamu datang ardia, muka mu memang tidak terlalu cemas seperti saat kita masih bersama. Ya mungkin kamu datang sebagai teman atau memang menghargaiku sebab sesama manusia di bumi. Seperti biasa kamu selalu menghadirkan susu strawberry. Membantu aku makan bubur. Lagi-lagi ini adalah pertama kali dalam hidupku aku makan bubur dan masih kamu yang menjadi orang pertamanya. 

Kamu memberikan aku obat dan membuka botol biru itu, menggenggam tangan ku dan berbicara "tenang, rilex semua akan baik-baik saja" entah kamu tahu atau tidak penyebab asam lambungku memberikan rasa nyeri dan keram perut adalah sebuah postingan mu yang terbaru.  

Ardia, malam itu meski hanya beberapa menit saja. Aku merasa kamu milikku kembali. Peluk hangat yang kamu beri sedikit menenangkan, juga ciuman pada keningku itu membuat aku masih harus hidup di bumi. Meski bukan kamu lagi yang akan menemani.  

Aku tahu kamu tidak lama di sampingku karena kamu harus memberi kabar pada kekasih barumu, kamu juga membayar biaya rumah sakit saat itu. Lalu pamit kepadaku untuk pulang. Ardia, mungkin itu pertemuan terakhir kita berdua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun