Sepatu yang aku gunakan masih saja berbekas tanah kemarin. Sudah dibersihkan juga masih saja ada lagi. Entah kenapa aku masih membuang sikapku yang tak aku pedulikan lagi. Tapi masih saja siang terik membakar kulit kepala ku. Mendidih rasanya..
Rasanya ingin kuludahi semua, kubayangkan semua bergabung berkumpul diantaranya seperti Hyena yang memakan bangkai Bison. Tapi, maklum saja yang aku tahu tidak demikian. Hanya saja aneh saja mengapa masih saja seperti dilahan kosong.
Padahal peduliku pun tidak. Seperti Makna AMERTA.
Aku masih menelan pahitnya Pil dokter. Darahku diserap oleh Vampir, kubuang dan kuganti dengan yang baru, nantinya aku lari saja. Tak ada jeritan lagi, jahitan juga tidak ada. Tapi, kenapa masih ada bekas. Ingin sekali Operasi Plastik agar luka sayatan ini hilang, tapi nanti tidak Original lagi. Jadi aku biarkan saja.
Rasanya bebas sekali, sesekali kadang pedihnya muncul lagi. Suaknya terasa bercuak dari kecuak diatas mencuak didalam gelas Tuak.
Huff.. terima sajalah rasa asam itu. Enak juga. Tapi kadang bikin pesing banget. Tapi yaudahlah.
Sembari aku menunggu di Halte Bus, aku masih melirik kiri dan kanan. Kadang aku suka takut ada yang tikam lagi, makanya sekarang aku ganti jam baru supaya tidak telat lagi. Makasih Casio. Inti dari semua ini tak ada Asuransi di hati ku, yang ada cuma barangnya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H