Stunting merupakan permasalahan gangguan pada tumbuh kembang anak yang diakibatkan oleh gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Anak-anak didefinisikan terhambat gizinya apabila tinggi badan mereka terhadap usia, lebih dari dua deviasi standar di bawah median standar pertumbuhan anak berdasarkan ketetapan dari WHO. Standar yang ditetapkan oleh WHO untuk suatu wilayah dikatakan mengalami masalah gizi akut jika prevalensi bayi stunting sama atau lebih dari 20% (WHO, 2015).
Stunting menjadi permasalahan gizi yang cukup serius dilihat dari dampaknya untuk perkembangan dan pertumbuhan anak. Selain itu, anak berisiko mengalami perkembangan kognitif motorik dan verbal yang tidak optimal. Dampak jangka panjangnya, anak akan mengalami penurunan kesehatan reproduksi, kapasitas kerja dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah, serta postur tubuh yang pendek saat dewasa.
Berdasarkan data dari WHO, diketahui bahwa terdapat 162 juta anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami permasalahan stunting secara global (WHO, 2015). Permasalahan kesehatan ini banyak dialami oleh negara-negara yang termasuk dalam golongan negara miskin serta negara yang masih dalam tahap perkembangan, seperti Indonesia. Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar 2018, data stunting di Jawa Timur mencapai 32,7% yang masih termasuk di atas rata-rata prevalensi nasional. Sedangkan di Surabaya menunjukkan penurunan prevalensi stunting sebesar 14,83% selama periode 5 tahun dari 23,75% menjadi 8,92% pada tahun 2018. Praktik pengasuhan anak yang kurang baik, termasuk rendahnya pengetahuan ibu mengenai gizi dan kesehatan sebelum, saat kehamilan, dan setelah ibu melahirkan merupakan salah satu faktor penyebab stunting pada balita di Surabaya (Kemenkes, 2018).
Angka prevalensi stunting di Indonesia, khususnya di Surabaya ini bisa saja mengalami peningkatan. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya penanggulangan terhadap permasalahan stunting salah satunya dengan kontribusi dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Salah satu bentuk kontribusi nyata dari pihak masyarakat adalah kontribusi yang diberikan oleh para mahasiswa dari beberapa universitas yang ada di Surabaya. Kontribusi ini terkemas dalam suatu kegiatan Belajar Bersama Komunitas atau BBK KAMPUNG EMAS Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Universitas Airlangga.
Belajar Bersama Komunitas (BBK) KAMPUNG EMAS merupakan salah satu program dalam pendidikan tinggi di Universitas Airlangga sebagai salah satu bentuk pengintegrasian kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Universitas Airlangga Bersama Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli stunting Jawa Timur melaksanakan kegiatan BBK Tematik Kampung Emas dengan tema Kampung Emas Madani: Intervensi Hulu dalam Percepatan Penurunan stunting di Kota Surabaya. Kegiatan ini sebagai bentuk kontribusi nyata Perguruan Tinggi dalam mendukung program prioritas nasional dalam menurunkan prevalensi balita stunting di Indonesia. Kegiatan ini akan dilakukan di berbagai daerah yang ada di Kota Surabaya, salah satunya Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak. Dengan adanya kerja sama antara pemerintah tingkat kelurahan dengan para mahasiswa ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap upaya penurunan angka stunting di Kota Surabaya.
Kegiatan BBK Tematik Kampung Emas di Kelurahan Kenjeran dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu dari bulan Oktober hingga Desember 2023.  Rencana kegiatan pada tiga program telah menjadi acuan dalam pelasanaan kegiatan oleh  Kelompok 68, Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya. Namun, pada saat  realisasi, terjadi beberapa kendala di lapangan dan membuat jadwal kegiatan kami harus diubah dari rencana awal untuk menyesuaikan kendala di lapangan. Meskipun demikian, program  kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik dibuktikan dengan kerja sama  yang baik antar lintas sektor dalam merealisasikan acara, sasaran kegiatan yang turut berpartisipasi  dalam kegiatan, dan adanya hasil dari kegiatan yang dilaksanakan.Â
Hasil dari kegiatan BBK Tematik Kampung Emas di Kelurahan Kenjeran menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang stunting. Selain itu, juga terjadi peningkatan jumlah posyandu stunting di Kelurahan Kenjeran. Jumlah balita stunting yang mendapatkan PMT juga meningkat. Selain itu, para kader posyandu stunting juga mendapatkan pelatihan sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.
Melalui kegiatan BBK Tematik Kampung Emas ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam upaya penurunan angka stunting di Kota Surabaya. Selain itu, kegiatan ini juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mencegah stunting sejak dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H