Mohon tunggu...
Rizky aditya
Rizky aditya Mohon Tunggu... Peternak - Rizky Aditya

Tetap semangat dan sabar dalam menghadapi situasi apapun.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jejak Evolusi Pikiran Manusia: Mengupas Teori Jean Piaget

8 Oktober 2023   19:33 Diperbarui: 8 Oktober 2023   19:48 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hai teman-teman pembaca setia! Kembali lagi dengan mas Rizky di sini hehe. Bagaimana kabar kalian? Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat yaa amin. Di kesempatan kali ini mengawali bulan oktober kita akan berkenalan dengan salah satu tokoh dalam ilmu psikologi yang terkemuka yaitu Bapak Jean Piaget. Apakah kalian pernah mendengar tentang nama beliau? Jika belum, tak perlu khawatir, karena kali ini kita akan sama-sama belajar mengupas tuntas pandangan kognitif yang menjadi fondasi pemahaman kita tentang perkembangan manusia.

Jean Piaget, seorang ahli pskiologi perkembangan, tetapi psikologi hanya berupa bagian kecil dari pekerjaanya, membawa kita dalam petualangan menarik melalui pemikiran dan pengetahuannya tentang cara anak-anak belajar dan berkembang. Nahh beliau itu meyakini bahwa setiap individu itu memiliki keunikan dalam cara mereka memproses informasi, dan itulah yang menjadi konsep dasar perkembangan kognitifnya.

Jadi, ayo kita selami bersama-sama tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget. Siapkan diri untuk terkejut betapa menakjubkannya evolusi pikiran manusia dari bayi hingga dewasa. Siapkan juga secangkir kopi atau teh favoritmu, karena perjalanan ini akan memikat dan memancing rasa tahu kita tentang kompleksitas otak manusia.

Nah teman-teman, Jean Piaget itu dikenal banget karena kontribusinya dalam bidang perkembangan anak-anak. Dia punya cara pandang tersendiri tentang bagaimana cara otak anak-anak berkembang dan cara mereka memahami dunia sekitarnya. Piaget ini ngerasa bahwa anak-anak itu kayak ilmuan kecil. Maksudnya, mereka dapat mengeksplorasi dan bereksperimen buat ngertiin dunia sekitarnya. Dia juga meyakini bahwa proses ini melibatkan tahap-tahap kognitif yang berbeda yang mereka lewati seiring bertambahnya usia.  Piaget juga percaya bahwa interaksi anak dengan lingkungannya itu penting banget buat perkembangan kognitif mereka (Dahar, 2011).  Jadi, kalo anak bisa main, belajar, dan bereksplorasi dengan bebas, mereka bakal bisa berkembang dengan lebih optimal. Intinya pandangan kognitif Piaget ini ngefokusin banget pada gimana anak-anak ngerancang konsep mereka sendiri tentang dunia. Dia anggap mereka kayak konstruktor kecil yang bangun pengetahuan mereka sendiri dari pengalaman sehari-hari.

Awalnya, Piaget adalah seorang peneliti biologi, akan tetapi dia beralih jadi peneliti psikologi anak. Jadi, dia tuh punya latar belakang biologi yang kuat. Dia punya alasan tersendiri kenapa dia fokus sama anak-anak. Dia mikir, "Eh, nih anak-anak kok pola pikirnya berbeda sama orang dewasa ya?" gitu deh hehe. Menurut Piaget, ada tiga hal penting yang dia amati dalam perkembangan kognitifnya (Dahar, 2011). Pertama, ada yang disebut struktur atau skemata. Ini adalah cara otak kita mengatur informsi. Kemudian, ada yang disebut isi. Hal ini seperti kebiasaan atau ciri khas anak dalam menghadapi situasi atau masalah tertentu. Misalnya, bagaimana mereka berinteraksi ketika menghadapi teka-teki atau masalah matematika. Setiap anak memiliki cara sendiri dalam mengatasi hal-hal seperti itu. Yang terakhir adalah fungsi, yang berati cara otak bekerja untuk memahami dan memecahkan masalah. Hal ini berkaitan dengan kemampuan kita untuk berpikir dan memecahkan masalah secara lebih kompleks seiring berjalannya waktu.

Ada empat tingkat utama dalam perkembangan kognitif menurut Piaget, yaitu tingkat sensori-motor, tingkat pra-operasioanal, tingkat operasional konkret, dan tingkat operasional formal. Tingkat pertama, sensori-motor, itu fase bayi. Bayi belajar tentang dunia melalui indra dan aksi fisik. Sebagai contoh semua bayi akan menghisap sesuatu yang diletakkan di bibirnya (Carole Wade, Carol Travis, 2014).  Oleh karena itu selama periode ini, anak mengatur alamnya dengan indra (sensori) dan tindakannya (motor). Terus, tingkat pra-operasional, tingkat ini ialah antara umur 2--7 tahun. Tingkat ini disebut pra-operasional karena pada umur ini anak belum mampu untuk melaksanakan operasi mental. Nah tingkat pra-operasional ini sendiri memiliki dua subtingkat. Subtingkat pertama antara 2 sampai 4 tahun yang disebut subtingkat pralogis, subtingkat kedua ialah antara 4 sampai 7 tahun yang disebut tingkat berfikir intitutif. Ada hal lain yang perlu kita ketahui tentang anak pra-operasional, yaitu sifat egosentris. Menurut Piaget anak pra-operasional bersifat egosentris, yang berarti anak itu mempunyai kesulitan untuk menerima pendapat orang lain (Dahar, 2011). Kemudian tahap operasional konkret, ini fase dimana anak-anak udah bisa mikir lebih logis dan relaistis. Tingkat ini antara umur 7-11 tahun. Anak dalam tingkat ini bisa menyusun suatu seri objek dalam urutan, misalnya mainan-mainan kayu atau lidi, sesuai dengan ukuran benda-benda itu. Nah selama tingkat ini juga bahasa juga berubah. Anak-anak menjadi kurang egosentris dan lebih sosiosentris dalam berkomunikasi.  Tahap terakhir, operasional formal, ini fase reamja. Mereka udah bisa mikir abstrak, teori, dan konsep yang lebih kompleks. Mereka juga udah bisa mikir tentang masa depan dan konsekuensi dari tindakan mereka. Tingkat ini umur kira-kira 11 tahun. Jadi, merunut Flavell (1963) dalam buku (Dahar, 2011) mengemukakan beberapa karakteristik berfikir operasional formal. Pertama, berfikir adolensi ialah hipotesis-deduktif. Ia dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menghadapi masalah dan mengecek data terhadap setiap hipotesis untuk membuat keputusan yang layak. Namun, ia belum mempunyai kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis. Kedua, periode ini ditandai oleh berfikir proposisional. Dalam berfikir, seorang anak operasional formal tidak dibatasi pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang konkret, ia dapat menangani pernyataan atau proposisi yang memberikan data konkret ini. Ketiga, seorang remaja berfikir kombinatorial, yaitu berfikir meliputi semua kombinasi benda, gagasan, atau proposisi yang mungkin. Keempat, anak operasional formal berfikir reflektif. Anak-anak dalam periode ini berfikir sebagai orang dewasa. Ia berfikir kembali pada satu seri operasional mental. Dengan perkataan lain, ia dapat berfikir kembali pada "berpikirnya".

Nah, itulah sedikit cerita tentang Jean Piaget dan pandangannya mengenai perkembangan kognitif anak-anak. Gimana, seru kan? Semoga kamu juga bisa mengaplikasikan konsep-konsep menarik ini dalam pengasuhan atau pendidikan anak-anak di sekitarmu. Yuk terus eksplorasi dan dukung anak-anak untuk menjadi ilmuan kecil versi mereka sendiri hehe. Terima kasih sudah menyimak teman-teman. Sampai jumpa di petualangan ilmu berikutnya!

Daftar Referensi:

Dahar, R. W. (2011). TEORI-TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN. ERLANGGA.

Carole Wade, Carol Travis, M. G. (2014). PSIKOLOGI, EDISI KESEBELAS JILID I (A. M. Oktaviani Mutiara.Dwiasri, Cokro G.P.H (ed.)). ERLANGGA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun